m. arif am
Drs. M. ARIF AM, M.A.
STAI Miftahul 'Ula Nglawak Kertosono


           Dalam rangka mempersiapkan alternatif-alternatif pemecahan maslah guna memenuhi kebutuhan pendidikan yang pada saat ini bangsa kita masih tertinggal dengan bangsa lain. Maka hendaknya kita berusaha meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai sistem dan model dalam pengajaran, supaya pendidikan di Indonesia bisa lebih maju dan bisa mengenai sasaran.
         
Oleh karena itu dalam buku ini kami akan membahas masalah model pengembangan sistem pengajaran dalam teknologi pendidikan, dengan harapan bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa umumnya dan pada diri kami pribadi khususnya mengajar, sehingga akan terjadi perubahan perilaku maka diperlukan model-model pengembangan dalam sistem pengajaran. Dimana model-model pengembangan ini dalam kajian teknologi pendidikan lebih dikenal dengan model – model pengembangan intruksional. Pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman pengamatan yang seksama dan percobaan terkendali.

Pengertian System Pengajaran Dalam Teknologi Pendidikan.
           Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan sistem atau cara. Sesuai SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 08/u/1975 pun menggunakan pendekatan sistem yang dikenal dengan nama PPSI (prosedur pengembangan sistem intruksional), maka sistem pengajaran adalah cara dari keseluruhan dari bagian pengajaran yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan (Harjono, 2003: 44).
Model ialah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses melaksanakan pengembangan sistem pengajaran. Seperti penentuan suatu kebutuhan. ( Briggs,1978: 23 ).
Pengembangan sistem pengajaran ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku. Pengembang sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa.

Model Pengembangan Sistem Pengajaran Dalam Teknologi Pendidikan.
            Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali. Ada dua proses pengembangan yang pertama ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar–dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman. Pendekatan kedua ialah pendekatan model.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan dibagi dalam dua bentuk yaitu:
    perangkat lunak (Soft ware)
    perangkat keras (hard ware)
Model PPSI (prosedur pengembangan sistem intruksional). PPSI merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan kedalam sistem pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri dari sejumlah komponen yng saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan tersebut adalah:
    Merumuskan tujuan Intruksional khusus (TIK) yaitu, rumusan yang jelas tentang kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti suatu program pengajaran.
    Mengembangkan alat evaluasi, fungsinya untuk menilai sampai dimana peserta didik telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional
    Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran antara lain:
- Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan
- Menentukan kegiatan belajar yang tidak perlu di tempuh.
- Menetapkan kegiatn belajar yang akan ditempuh
- Menetapkan materi pelajaran
    Merencanakan program kegiatan belajar mengajar
- Menetapkan stragtegi kegiatan belajar mengajar
- Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan digunakan
- Menyusun jadwal penyajian.
    Melaksanakan program belajar mengajar dengan melalaui 4 fase:
- Menyelenggarakan Pretes atau Prates
- Menyajikan materi
- Menyelenggarakan Pro-Tes / Pasca Tes
- Melakukan Revisi (perbaikan)
Model Jerold E Kemp. Model ini merupakan sistem pengajaran yang sederhana yang mana dibagi menjadi 8 langkah, yaitu:
    menentukan tujuan instruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing pokok bahasan
    menganalisis karakteristik peserta didik
    menentukan tujuan instructional khusus (TIK)
    menentukan materi pelajaran sesuai dengan TIK yang telah dirumuskan
    menetapkan pengajaran awal
    menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan TIK yaitu: Efesiensi, Efektifitas, Ekonomis dan Praktis
    mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
    mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan.
Model pengembangan intruksional menurut Kemp (1977) atau yang disebut desain intruksional, terdiri dari delapan langkah. Langkah – langkahnya :
•    Penentuan tujuan intruksioanal Umum
Yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing – masing pokok bahasan.
•    membuat analisis tentang karakteristik siswa.
Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program dan langkah – langkah apa yang perlu diambil.
•    Menentukan tujuan intruksional khusus
Dari segi pengajar rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kamampuan / keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai.
•    Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan TIK yang ditetapkan mengadakan pengajaran awal.
Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan. Dengan demikian pengajar dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, dan siswa tidak menjadi bosan.
•    menentukan strategi belajar relevan efisien, keefektifan, ekonomis, dan kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif.
•    Mengkoordinasikan sarana penunjang yang dibutuhkan, biaya, fasilitas, peralatan waktu dan tenaga.
•    Mengadakan evaluasi
Evaluasi sangat perlu untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program intruksional, instrument evaluasi, dan metode.
( Harjanto, 2003.: 125 )

Model pengembangan Briggs. Model ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang kegiatan intruksional maupun tim pengembangan yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang, studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancangan instruksional. Adapun langka-langkahnya dirumuskan dalam 3 pertanyaan yaitu:
    Mau kemana? meliputi:
- Identifikasi masalah / tujuan
- Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
- Penyusunan materi / silabus
- Analisis tujuan
    Dengan apa? meliputi:
- Analisis tujuan
- Jenjang belajar dan strategi instruksional
- Rancangan instruksional (guru)
- Strategi instruksional (tim pengembangan instruksional)
    Bilamana sampai tujuan? Meliputi :
- Penyusunan tes
- Evaluasi formatif
- Evaluasi sumatif
Model Gerlach dan Ely (1971). Tujuannya sebagai pedoman perencanaan mengajar dengan menggunakan 10 langkah yang terdapat dalam proses belajar mengajar
    Merumuskan tujuan
    Menentukan isi materi
    Menentukan kemampuan awal peserta didik
    Menentukan teknik dan strategi
    Pengelompokan belajar
    Menentukan pembagian waktu
    Menentukan ruang
    Memilih media instruksional yang sesuai
    Mengevaluasi hasil belajar
    Menganalisis umpan balik untuk penyempurnaan / perbaikan tujuan pengajaran yang mencakup keseluruhan (feed back)
Model Bela H. Banathy (1972). Menurut Banathy, model ini ditujukan bagi para pengembang sistem instruksional yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
    Merumuskan tujuan khusus (TIK), yang menyatakan mengenai kemampuan yang diharapkan dari siswa
    Mengembangkan test
    Menganalisis kegiatan belajar
    Mendesain sistem instruksional
    Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
    Mengadakan perbaikan
Model IDI (Instructional Development Institute). Model ini dikembangkan oleh University Consostium For Instructional Development and Technology (UCIDT), model ini sama dengan model-model yang lainnya, yaitu menetapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem yaitu:
    Penentuan (define)
    Pengembangan (development)
    Evaluasi (evaluate)
Dan ketiganya dihubungkan dengan umpan balik untuk mengadakan revisi. Adapun langkah-langkahnya adalah pembagian dari tahapan diatas, yaitu:
    Penentuan (define) meliputi :
- Identifikasi masalah yaitu: tentang kebutuhan individu (anak didik dan keluarganya) dan kebutuhan masyarakat
- Analisis latar yaitu karakteristik kondisi dan sumber-sumber yang relevan
- Pengelolaan yaitu tentang tugas, tanggung jawab dan jadwal
    Pengembangan (development) meliputi:
- Identifikasi obyektif (TIK)
- Menentukan metode
- Membuat prototipe
    Evaluasi (evaluate) maliputi:
- Testing prototype
- Analisis hasil (tujuan, metode dan teknik evaluasi)
- Implementasi (review, revisi) (Harjanto, 2003: 74-86)
Model Dick And Carry. Model Desain Dick And Carry (1985) mengacu pada pendekatan sistem/approach memandang bahwa pembelajaran adalah suatu proses sistematik yang tiap komponennya penting sekali bagi keberhasilan peserta didik. Model Dick And Carey menggunakan delapan langkah secara berurutan.
    Mengidentifikasi Tujuan Umum.
    Melakukan Analisis Pembelajaran/Analisis Instruksional.
    Merumuskan Tujuan Performasi.
    Pengembangan Butir Test Acuan, Patokan.
    Mengembangkan Strategi Pembelajaran.
    Menyeleksi dan Mengembangkan Bahan Pembelajaran
    Merevisi bahan Pembelajaran
    Mendesain dan melaksanakan Evaluasi Sumatif
Model Degeng. Pada tahun 1989 dikembangkan dengan berpijak pada variabel-variabel yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: Kondisi Pembelajaran, Metode Pembelajaran Dan Hasil Pembelajaran. Model Degeng menggunakan 8 langkah, yaitu:
    Analisis Tujuan.
    Karakteristik Bidang Studi.
    Analisis Karakteristik Pelajar.
    Menetapkan Tujuan Belajar dan Isi Pembelajaran.
    Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran.
    Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran.
    Mengadakan Pengembangan Prosedur, Pengukuran hasil Pembelajaran
Model-model tersebut memiliki banyak persamaan dan perbedaan, persamaannya adalah bahwa setiap model itu mengandung berbagai kegiatan yang dapat digolongkan kedalam kategori pokok yang sama, yaitu:
    kegiatan dalam menganalisis dan mengembangakan pemecahan masalah
    kegiatan dalam merumuskan masalah dan mengorganisir alat untuk memcahkan masalah.
    Kegitan dalam melayani evaluasi pemecahan masalah.
Model Bella Benathi (!968). Model Bella Benathi ini mempunyai enam langkah yaitu :
    Merumuskan Tujuan
Langkah pertama ini merupakan suatu pernyataan yang menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa untuk dikerjakan, diketahui, dan dirasakan sebagai hasil pengalaman belajarnya.
    Mengembangkan Test
Dalam langkah ini dikembangkan suatu test yang didasarkan atas tujuan yang diinginkan, dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
    Menganalisis Kegiatan belajar
Dalam langkah ini dirumuskan apa yang harus dipelajari sehingga menunjukkan tingkah laku seperti yang digambarkan dalam tujuan yang telah dirumuskan.
    Mendesain Sistem Intruksional
Setelah itu dipertimbangkan alternatif – alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa mahasiswa akan menguasai kegiatan – kegiatan yang telah dianalisa pada langkah – langkah ketiga.
    Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Dalam langkah ini sistem yang sudah di desain sekarang dapat diuji cobakan atau dites dan dilaksanakan.
    Mengadakan perbaikan
Hasil yang diperoleh dari evaluasi kemudian merupakan umpan balik untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan – perubahan, jika diperlukan, dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem intruksional.
Model Bella Banathy (1968) ini memiliki pendekatan terhadap peserta didik sebagai pusat sistem pembelajaran dan model ini ditujukan untuk kepentingan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Model ini diadopsi dalam pengembangan sistem pengajaran di Indonesia. (Harjanto, 85-86).
Semua kegiatan tesebut satu dengan yang lain dihubungkan oleh sutau sistem umpan balik yang terpadu di dalam satu model.
Adapun perbedaan model-model pengembangan tersebut terletak pada peristilahan yang dipergunakan, urut-urutan serta kelengkapan langkah-langkah secara umum model pengembangan pengajaran yang manapun mengandung kategori kegiatan pokok yang sama, namun tidak semua pendekatan sistem itu serupa. (Sudjana, et.al, 2003: 92)
Model Pengembangan Sistem Pengajaran dalam teknologi Pendidikan dalam penerapannya di bidang pendidikan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu : perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware).
Model pengembangan Sistem Pengajaran sangat banyak sekali. Dari model-model tersebut memiliki banyak persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa setiap model itu mengandung berbagai kegiatan yang dapat digolongkan ke dalam kategori pokok yang sama. Adapun perbedaan model-model pengembangan tersebut adalah terletak pada peristilahan yang dipergunakan, urutan, serta kelengkapan langkah-langkah. Secera umum model pengembangan pengajaran yang manapun mengandung kategori kegiatan pokok yang sama. Namun tidak semua pendekatan sistem itu serupa.

Tujuan Pengembangan Model Dalam System Pengajaran
Terdapat tiga alasan atau tujuan pengembangan model pembelajaran yang dilakukan dalam teknologi pendidikan yaitu :
•    Sebagai alat untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik dan pihak lainnya.
•    Sebagai rencana yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran.
•    Model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan kepada peserta didik.
Menurut Drs. Harjanto tujuan pengembangan pengajaran adalah :
•    Untuk mengidentifikasi masalah intruksional.
•    Untuk menghasilkan strategi belajar mengajar yang efektif.
•    Untuk menghasilkan perencanaan intruksional yang efektif.
•    Untuk menghasilkan evaluasi belajar mengajar yang efektiif.
•    Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakter peserta didik.
•    Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok.
•    Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajaran (Harjanto, 2003: 138 )
0 Responses

Posting Komentar