Drs. M. ARIF AM, M.A.
STAI Miftahul 'Ula Nglawak KertosonoPendidikan merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Indonesia yang mempunyai masyarakat heterogen tentu menganut berbagai aliran berbeda dalam mendidik anggota keluarganya. Dan semua itu akan mempengaruhi hasilnya, yaitu si anak sebagai yang terdidik. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, yang disusul oleh lingkungan dan sekolah. Masing-masing saling berkaitan. Pendidikan yang baik tentu harus mendapatkan dukungan dari orang tua, guru dan lingkungan .
Tetapi kenyataan yang terjadi di negara ini, semua itu masih sulit terpenuhi, karena, memang negara kita termasuk dalam kategori negara berkembang yang notabene, masih kurangnya orang yang sadar akan pentingnya pendidikan. Ada orang tua yang menyerahkan pendidikan pada pendidikan formal saja. Tetapi bagi orang tua yang berpendidikan, tentu akan membekali pendidikan anaknya dengan pendidikan dasar dari rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan sekolah.
Apabila kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan sudah tinggi, tentu saja pendidikan di Indonesia akan bisa berjalan lebih maksimal
A.Aliran-aliran Klasik Dalam Pendidikan
1. Empirisme
Yaitu aliran yang menganggap bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar. Sedangkan pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggap tidak ada. Aliran ini dipelopori oleh John Locke dengan teorinya Tabularasa ( Ahmadi et.all, 2001 :295)
Aliran ini mencontohkan dengan lahirnya dua anak kembar yang dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Yang seorang dididik dalam lingkunagan agamis yang penu aturan tapi sarat dengan kasih sayang. Dan yang ssseorang lagi dididik dalam linkungan kaya yang sarat denagn kesibukan masing-masing. Pada akhirnya, yang satu tumbuh tumbuh menjadi seorang guru dan yang lain tumbuh menjadi seorsng penjudi.
Dalam aliran ini, manusia tumbuh menjadi seorang tumbuh menjadi sombong, egoistis dan sebagainya bukanlah karena pembawaannya tetapi karena pengaruh lingkungan. Sangat bertolak belakang dengan aliran nativisme.
2. Nativisme
Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu (Ahmadi, et.all, 2001 ; 291).Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa . Aliran ini dipelopori oleh Schopenhhauer.
Misalnya seorang anak usia sekolah mempunyai bakat melukis. Setiap waktu dia isi dengan kegiatan melukis. Dan kegiatan sekolah tidak dihiraukan sama sekali. Dia mau menjalankan kegiatan sekolahnya karena ada paksaan dari orangtua dan guru. Bila suatu saat paksaan tersebut berhenti, dia akan kembali pada dunia lukisnya.
Kata aliran ini, hal tersebut merupakan bukti bahwa pendidikan dan lingkungan tidak berkuasa. Kalau bakat itu terbentuk, maka pendidikan apalagi lingkungan tidak akan bisa merubah atau menggantikannya dengan yang lain yang tentu saja mungkin lebih berguna dalam hidupnya. Menurut penulis, mungkin pengaruh pendidikan dan lingkungan hanya sedikit sekali.
3. Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa selain pembawaan, lingkungan juga mendukung. Ada dua golongan :
a. Golongan yang dipimpin oleh Rousseau
Ia mengatakan bahwa manusia lahir membawa benih-benih yang serba baik.
Jadi kalau ada manusia jahat, itu bukan karena benihnya tetapi karena perkembangan setelah ia hidup bermasyarakat dan terpengaruh oleh lingkungan dan kebudayaan.
b Golongan yang dipimpin oleh Mensius
Ia mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya jahat. Kalaupun ada manusia baik, itupun karena setelah ia bergaul dalam masyarakat (Ahamdi, et.all, 2001:291).
4. Konvergensi
Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung pada dua faktor, yaitu bakat atau pembawaan dan faktor lingkungan atau pendidikan.Teori ini dipelopori oleh William Stern ( Ahmadi, et.all, 2001:294)
Sebagai contoh, seorang anak yang baru lahir, pada tahun-tahun pertama akan belajar berbicara kemudian bercakap-cakap. Dia bisa melakukan itu karena dia bisa mendengar orang-orang disekitarnya juga bercakap-cakap.
B. Pengaruh aliran Klasik Dalam Pendidikan di Indonesia
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki SDA, iklim, populasi Geografi, tradisi dan bahsa yang sangat beragam. Hal tersebut menyebabkan aliran-aliran pendidikan yang tertanam dan sudah dipraktekkan dalam masyarakat berbeda-beda hasilnya. Indonesia yang termasuk dalam kelompok negara berkembang yang biasanya mempunyai ciri-ciri berpenduduk padat dan belum tingginya perekonomian menyebabkan pendidikan dan fasilitas didalamnya belum maksimal
Rendahnya kependidikan di Indonesia sebenarnya dimulai dari rendahnya perekonomian masyarakat Indonesia yang notabene adalah petani biasa yang tanpa tehnologi. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyikapi aliran-aliran klasik pendidikan yang ada.
Sebenarnya, semua itu dikarenakan karena Indonesia merupakan negara berkembang sehingga ada banyak masalah yang timbul dalam negara berkembang. Ekonomi yang belum mapan dikarenakan kebanyakan merupakan negara agraris yang ada di daerah panas yang menimbulkan :
1. Rendahnya produktifitas lahan
2. Kurangnya modal
3. Rendahnya tingkat pendidikan
4. Kurangnya kepemimpinan untuk memulai pembangunan ekonomi ( N Thut & Don Adam, 520).
Semua ini akan menimbulkan sebuah lingkaran setan yang sulit terputus jika tidak ada kesadaran individu tentang pentingnya pendidikan Sebagai contoh Negara Jepang, dia mempunyai penduduk yang agraris dan geografisnya ada di daerah dingin. Karena itu, produktifita lahannyapun tingi dan menghasilkan perekonomian yang tinggi pula. Yang akhirnya menghasilkan negara Jepang yang bertehnologi tinggi.
C.Pandangan Islam Terhadap Aliran Tersebut
Islam adalah agama yang banyak memberikan pendidikan pada umatnya. Pendidikan yang diberikannya merupakan pendidikan yang sempurna. Selain memandang aliran klasik diatas ( konvergensi), Islam juga memberikan Alquran sebagai pedoman dalam pendidikan umatnya.
Memang, Islam, lebih dulu mempunyai pola-pola pendidikan dan itu lebih sempurna di banding pola dari aliran klasik. Tetapi karena pada saat itu (ketika masyarakat barat memunculkan pola-pola pendidikan) Islam tidak memiliki pembukuannya, maka pola yang dimiliki Islam tidak masuk dalam salah satu pola aliran pendidikan. Dan tidak diakui oleh masyarakat dunia, walupun itu labih sempurna. Seperti dikutip oleh Prof. DR. M. Amin Abdullah dari Mahatir Muhammad dalam bukunya Globalization and the New Realities (Selangor:Pelanduk Publication (M) Sdn Bhd,2002) hal 54,61, ”Dalam revolusi peradaban manusia, yaitu revolusi hijau, revolusi industri dan revolusi informasi, tidak ada satupun ilmuwan Muslim tercatat namanya dalam lembaran tinta emas pengembang ilmu pengetahuan” (Abdullah, 2002:54, 61). Menjadi pelajaran bagi kita, umat Muslim sekarang untuk membukukan segala hasil dari umat Islam, untuk menjadi bukti eksistensi Islam di dunia.
D. Kesimpulan
Aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah empirisme, nativisme, naturalisme dan konvergensi
Aliran klasik pendidikan tersebut juga mempengaruhi pola pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah. Mereka yang berpendidikan, juga menanamkan konsep aliran klasik dalam pendidikan anaknya
Menurut pandangan Islam, dari aliran klasik pendidiikan yang ada, konvergensi lah yang memenuhi syarat pendidikan. Walaupun kalau menurut Islam masih harus berpijak pada Al-Qur’an sebagai landasan pendidikan.
Posting Komentar