m. arif am
Drs. M. ARIF AM, MA
STAI MIFTAHUL 'ULA Nglawak Kertosono


          Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan (Arifin, 2006:1), oleh karena itu dalam sejarah pertembuhan masyarakat, pendidikan senantiasa jadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat.
 
       Menurut keyakinan kita, sejarah pembentukan masyarakat dimulai dari keluarga adam dan hawa sebagai unit terkecil dari masyarakat dimuka bumi ini. Dalam keluarga tersebut telah dimulai proses kependidikan umat manusia, meskipun dalam ruangh lingkup terbatas sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Dasar minimal usaha mempertahankan hidup manusia terletak pada tiga orientasi hubungan manusia, yaitu :
1.    Hubungan manusia dengan Tuhan YME
2.    Hubungan manusia dengan sesama manusia.
3.    Hubungan manusia dengan alam sekitar.
Dari prinsip hubungan inilah, kemudian manusia mengembangkan proses pertumbuhan kebudayaan, proses inilah yang mendorong manusia ke arah kemajuan hidup sejalan dengan tuntutan zaman. Untuk sampai kepada kebutuhan tersebut, diperlukan satu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa masyarakat beserta anggota anggotanmya.
Ketiga daya tersebut, kakan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berpacu, sehingga keberadaannya pendidikan akan menjadi semakin penting, bahkan pendidikan merupakan kunci utama kemajuan hidup umat manusia dalam segala aspek.
Pandangan Pendidikan Tentang Manusia sebagai Animal Educandum ialah pandangan Pendidikan tentang Hakekat manusia sebagai makhluk yang secara biologis fisik atau jasmaniah tidak jauh beda dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan melakukan usaha yang bersifat pendidikan (Saifullah, 1982:14  ).
Berdasarkan pandangan tersebut, manusia akan berasumsi pada ketentuan ketentuan berikut : 

A.    Keharusan Pendidikan : Mengapa Manusia Harus Di Didik / Mendidik ?
          Manusia adalah subjek pendidikan dan sekaligus pula sebagai objek pendidikan, subagai subjek pendidikan manusia (khususnya manusi dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan secara moral berkewajiban atas perkembangan pribadi anak anak mereka, generasi penerus, manusia dewasa yang berfungsi sebagai pendidik bertanggung jawab untk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan berlangsung. Sebagai objek pendidikan, manusi (khususnya anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan pendidikan, yang pada hakekatnya ia memilki pribadi yang sama seperti manusia dewasa, namun Karena kodratnya belum berkembang (Sadullah, 2001: 80).
             Proses pendidikan merupakan interaksi pluralistis antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan alamiah, social dan cultural akan sangat ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusi sebagai subjek dalam masyarakat dan di alam semesta ini memiliki tanggung jawab besar dalam mengemban amanat untuk membina dan mengembangkan manusia sesamanya. Memelihara lingkungan hidup bersama lebih jauh manuis bertanggung jawab atas martabat kemanusiaanya.
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu :
1.    Manusia dilahirkan dalam kedaan tidak berdaya, manusia begitu lahir ke dunia perlu mendapatkan uluran orang lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupanya.
2.    Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan waktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini, pada manuisia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, dimana apabila seseorang sudah memiliki ketrampilan untuk hidup khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal norma norma, atau norma norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa, dilihat dari segi usia misalnya, usia 12-15 tahun pada masyarakat primitif sudah melangsungkan hidup berkeluarga, pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih komplek, sesuai dengan makin kompleknya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleknya system nilai.
3.    Manusia pada hakekatnya adalah makhluk social, ia tidak akan berprilaku manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, dimanapun hewan dibesarkan akan tetap memiliki perilaku hewan, seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berprilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing. Karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan yang lainnya.
Dari asumsi-asumsi tersebut diatas , maka dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan akan dapat membantu manusia untuk merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia. Pendidikan akan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam, mengembangkan  fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang, mengarahkan kecenderungan dan membimbingnya demi kebaikan dirinya dan masyarakat. Pada akhirnya dengan pertolongan dan bimbingan tadi, manusia akan menjadi manusia yang sebenarnya, insane kamil, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B.    Kemungkinan Pendidikan: mengapa manusia dapat dididik/mendidik ?
         Sesuai disebutkan diatas bahwa manusia dengan hewan memiliki persamaan dalam struktur fisik dan perlakuan secara fisik, manusia dengan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh yang secara prinsipil tidak ada perbedaan. perilaku hewan seluruhnya didasarkan atas insting ( insting lapar, insting seks, insting mempertahankan diri, dan sebagainya) begitu pula pada prinsipnya manusia memiliki perilaku yang didasarkan atas insting. Insting pada hewan berlaku selama hidupnya, sedangkan pada manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan .
Manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena dilengkapan oleh alat indera. Beberapa ekor binatang mungkin dapat kita latih untuk mengenal tanda-tanda (signal-signal) tertentu. Misalnya kita melihat sinpanse, denga bunyi peluit panjang harus melompat tingi, dengan peluit pendek satu kali harus jongkok, dan sebagainya. Gerakan-gerakan tersebut terjadi karena dilatih secara terus nmenerus, mekanis dan dan secara otomatis saja. Kita sukar untuk berpendapat bahwa gerakan yang dilakukan simpanse tersebut merupaka hasil proses berfikir.
Dari pengalaman yang pernah dialami manusia, beberapa peristiwa perilaku hewan yang buas terhadap manusia. Seekor harimau yang biasa berdemontrasi dalam petunjuk sirkus, begitu akrab dengan majikan atau pawangnya, pada satu saat denga tidak di duga harimau tersebut menerkam majikan atau pawangnya yang yang etiap saat bercanda membelainya dengan rasa kasih sayang. Dengan contoh tersebut hany didasarkan atas insting dan nalurinya. Mereka tidak dapat membedakan mana perbuatan baik dan tiidakbaik , mana perbuatan bermoral dan perbuatan tidak bermoral.Oleh karena itu hanya manusialah yang secara sadar melakukan pendidikan untuk sesamanya. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pembicaraan tentang pendidikan tidak bermakna apa-apa tanpa membicarakan manusia.
Pendidikan hanya akan menyentuh perilaku manusiawi yang memiliki cirri-cirisebagai berikut :
1.    Manusia memiliki untuk menguasai hawa nafsunya.
2.    Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembagkan pengembangan dan teknologi, sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya.
3.    Manusia memiliki kesadaran diri. Manusia dapat menyadari sifat-sifat yang ada pada dirinya. Manusia dapat mengadakan instropeksi.
4.    Manusia adalah makhluk social. Ia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sam berorganisasi dan bernegara.
5.    Manusia memiliki bahas, simbolis, baik secara tertulis, maupun lisan.
6.    Manusia dpat menyadarai nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia dapat berbuat sesuai denga nilai-nilai tersebut. Manusia memiliki kata hati atau hati nurani.
7.    Manusia dapat berkomunikasi dengan tuhan Yang maha Esa, sebagai pencipta alam semesta. Manusia dapat menghayati kehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling tinggi dalam kehidupan manusia.
Ciri-ciri tersebut di atas sama sekali tidak dimiliki oleh hewan . dengan cirri-ciri itulah manusia dapat dididik dan dapat memperbaiki perilakunya dalam suatu bentuk pribadi yang utuh.hanya manusialah yang dapat dididik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan.

C.    Batas-Batas Kemungkinan Pendidikan
         Dalam menentukan batas batas pendidikan manusia akan mengalami persoalan, mereka akan menemui   beberapa pertanyaan tentang kapan pendidikan dimulai dan bila mana pendidikan akan berakhir. Dalam sebuah hadist menyatakan :
Artinya : carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.
Dan juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa inggris yang menyatakan :
Long live education” yang artinya  “pendidikan seumur hidup”
Dari pernyataan pernyatan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh pengaruh, oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan menusia akan mendapatkan pendidikan dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu (Daradjat, 2000:48 ).
1.    Kapan pendidikan itu dimulai ?
pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan buln pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni diperlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.
Dari segi psikologis usia 3 – 4 tahun dikenal sebagai masa berkembang, atau masa krisis, dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupkan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan pendidikan.
2.    Bilamana pendidikan itu berakhir ?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentuka kapan pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya.
Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel  dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai pandanagan hidupnya.pada kondisi yang disebutkan di atas pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri, tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam bidang bidang tertentu dalam memajukan kehidupanya, bantuan pendidikan yang demikian itu disebut pembentukan manusia dewasa”.
Adapun secara umum yang disebut manusia dewasa adalah :
1.    Manusia mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
2.    Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatannya, dan dapat dimintai pertanggung jawaban dari perbuatannya.
3.    Manusia yang telah mampu memahami norma norma serta moral dalam kehidupan dan sekaligus kesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut.
Maka dari itu, manusia dewasa akan lebih dapat mendidik dirinya sendiri disbandingkan orang lain, namun dalam keadaan tertentu manusia dewasa juga akan membutuhkan didikan dari orang lain.  

D.    Pandangan Islam.
1.    Pandangan Islam terhadap Pendidikan.
         Agama Islam mempunyai misi untuk memberikan rahmat kepada makluk sekalian alam agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup duni akhirat, ayat al-qur’an menyatakan :
Artinya :”dan tidaklah kami mengutusmu melainkan memberi rahmat untuk seluruh alam”.
Ini mengandung pengertian tentang hakekat misi islam tersebut, sebagai pembawa misi, islam menunjukkan implikasi implikasi pendidikan yang bergaya imperatif, motivatif dan persuasive.
Ada beberapa prinsip yang mendasari pandangan tersebut, yaitu :
a.    nilai nilai yang mendasari dan menjiwai tingkah laku manusia muslim, baru dapat terserap bilamana ditumbuhkembangkan  melalui proses pendidikan yang baik.
b.    Tujuan hidup manusia muslim untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat batu benar benar disadari dan dihayati bila mana dibina melalui proses pendiodikan yang berkesinambungan
c.    Posisi dan fungsi manusia sebagai hamba allah, baru dapat di pahami dan dihayati bila mana ditanamkan kesadaran tentang perlunya sikap orientasi berhubungan dengan tuhan, masyarakat, dan alam sekitar, serta dengan dirinya sendiri.
d.    Kelengkapan kelengkapan dasar yang diberikan dalam diri manusiaberupa fitrah. Kelengkapan dasar tersebut tidak mungkin dapat berkembang bila tidak didukung melalui proses pendidikan secara optimal.
e.    Secara universal, membudayakan manusia melalui agama tanpa melalui proses kependidikan akan sulit di realisasikan, karena pendidikan adalah sarana membudayakan manusia.
Inilah esensi dari implikasi islam yang menitik beratkan pada proses pendidikan manusia dalam rangka konservasi dan tranformasi serta internalisasi nilai nilai dalam kehidupan seperti yang dikehendaki oleh agama islam, agar mereka tetap berada dalam islam sampai meninggal dunia (Arifin, 2006:33 ).
Berikut beberapa ayat al-qur’an yang mengandung implikasi kependidikan :
Artinya : Sesungguhnya di dalam kejadian langit dan bumi terdapat tanda tanda (kebesaran allah) bagi orang orang yang berakal, (Qs : ali imron 190).

2.    Pandangan Islam terhadap Manusia.
Pembahasan tentang ilmu pendidikan tidak mungkin terbataskan dari objek yang menjadi sasaranya, yaitu manusia, dan karena yang sekarang menjadi pembahasan adalah tentang ilmu pendidikan islam, maka secara filosofis, harus mengikut sertkan objek utamanya, yaitu manusia dalam pandangan islam.
Manusia adalah makhluk allah, ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi di ciptakan oleh allah.
Firman allah SWT :
Artinya :”Allahlah yang menciptakan kamu kemudian memberikan rizki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (kembali di akhirat)”(Ar-rum ; 40)
Melalui ajaran inilah kita melihat dan mengetahui pandangan islam mengenai manusia, Prof. Dr. Omar Mohammad al Taumi al Syaibani memperinci pandangan Islam terhadap manusia itu atas delapan prinsip :
1.    Kepercayaan bahwa manusia makhluk yang termulia di dalam jagat raya ini.
2.    Kepercayaan akan kemuliaan manusia.
3.    Kepercayaan bahwa manusia itu ialah hewan yng berfikir.
4.    Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai 3 dimensi, badan akal, ruh.
5.    Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhanya terpengaruh oleh factor factor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan.
6.    Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai motivasi dan kebutuhan.
7.    Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan diantara manusia.
8.    Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai keluhan sifat dan selalu berubah.
Prinsip ini digali dari al-qur’an dengan memahaminya dari berbagai aspek penafsiran dan kenyataan yang dapat dihayati. Dalam hubunganya dengan pendidikan islam akan kita lihat dari 3 titik saja, yaitu :
1.    Manusia sebagai makhluk yang mulia.
2.    Sebagai khalifah allah di bumi.
3.    Sebagai makhluk paedagogik.

E.    Kesimpulan.
         Dari seluruh uraian pada bab pembahasan , penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :
1.    Manusia harus dididik / mendidik, karena manusia lahir dalam keadaan tak berdaya, lahir tidak langsung dewasa dan merupakan makhluk social yang membutuhkan interaksi dengan orang lain.
2.    Manusia dapat di didik / mendidik karena manusia dapat memiliki, memperbaiki dan mengembangkan hati nurani, perasaan, nilai nilai atau norma susila yang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain. Pendidikan akan di alami manusia seumur hidup, namun batas batas nyata kemungkinan pendidikan pada manusia dimulai sejak manusia tersebut memiliki kesiapan dalam berinteraksi edukatif hingga mencapai kedewasaan yang dilalui dengan proses kematangan.
3.    Islam memandang bahwa manusia ilah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Dan untuk menyejahterakan dan meningkatkan keimanan sebagai hamba allah, maka manusia harus mewujudkanya melalui proses pendidikan.
1 Response
  1. permisi boleh minta referensi atau literaturnya mas?


Posting Komentar