m. arif am
Drs. M. ARIF AM, MA
STAI Miftahul 'Ula Nglawak Kertosono
        Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
        Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya dibahas tentang manusia dan pendidikan : hakikat manusia dan pengembangannya.


A.    Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

B.    Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk , menyatakan :
1.    Kemampuan Menyadari Diri
         Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya.
Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
2.    Kemampuan Bereksistensi
        Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus ke  sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
3.    Kata hati
        Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya.
Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya.
Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia
4.    Moral
        Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.

5.    Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.
6.    Rasa kebebasan
        Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
7.    Kewajiban dan Hak
         Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.
8.    Kemampuan Menghayati Kabahagiaan
        Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

C.    Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya.
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :

1.    Dimensi Keindividuan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.

2.    Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.


3.    Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam buku (Pengantar Pendidikan Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 21)
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4.    Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak didiknya.

D.    Pengembangan (Proses Pendidikan) Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1.    Pengembangan yang utuh
Pengembangan yang utuh yaitu apabila pengembangan dimensi hakikat manusia itu terjadi secara utuh antara jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek koknitif, afektif dan psikomotorik. Semua dimensi-dimensi tersebut harus mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya dalam hal ini dimensi keberagamaan menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.
2.    Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan pengembangan yang patologis atau tidak sehat.


E.    Pandangan Islam
1.    Pandangan Islam Terhadap Manusia
Menurut pandangan islam manusia adalah makhluk Alloh yang paling mulia dari pada yang lainnya. Ia bukan ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Alloh dengan dikaruniai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh makhluq yang lain.
Alloh menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Sesuai dengan firman Alloh Surat Ath Thiin yang artinya : Sesungguhnya telah kami jadikan manusia itu dalam bentuk sebaik-baiknya (Q.S At tiin 4)
Dalam hubungan dengan pendidikan menurut pandangan islam manusia dapat kita lihat dari tiga titik saja yaitu : (Daradjat dkk, 2000 : 3)
a.    Manusia sebagai makhluq yang mulia
Manusia diciptakan oleh Alloh sebagai penerima dan pelaksana ajaran agama. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi  yang bagus itu Alloh melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkan manusia menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.
Ini berarti manusia sebagai makhluq yang mulia dikarenakan manusia dikaruniai (1) akal dan perasaan (2) ilmu pengetahuan (3) kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada pencipta, Alloh SWT.
1)    Akal dan Perasaan
Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak, digunakan untuk berfikir, perasaan pusatnya di hati, dalam kenyataan keduanya sukar dipisahkan.
Penggunaan akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Kemampuan berfikir dan merasa ini merupakan anugerah Alloh yang paling besar dan ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan mulai dibandingkan dengan makhluq yang lainnya. Alloh menyuruh manusia berfikir baik tentang dirinya atau tentang alam semesta ini sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan.
2)    Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan atau melalui intuisi. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu.
Faktor terbesar yang membuat manusia itu mulia adalah karena ia berilmu dan menggunakan ilmunya dia dapat menguasai alam, meningkatkan iman dan taqwanya juga dengan ilmu.
3)    Kebudayaan
Islam memandang manusia sebagai makhluq pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk kebudayaan dan mewariskan kebudayaan itu kepada anak turunnya.
b.    Manusia sebagai kholifah di bumi
Setelah bumi ini diciptakan, Alloh memandang perlu bumi itu didiami, diurus dan diolah. Untuk itu ia menciptakan manusia sebagai kholifah di bumi. Kemampuan bertugas ini adalah anugerah Alloh dan sekaligus merupakan amanat yang dibimbing dengan suatu ajaran yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernama kholifah itu.
c.    Manusia sebagai makhluq PAEDAGOGIK
Mahluq paedagogik ialah mahluq Alloh yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Mahluq itu adalah manusia. Sehingga mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitroh Alloh berupa bentuk yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluq yang mulia, pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan mahluq yang lain dan membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia dan sekaligus berarti bahwa manusia adalah mahluq paedagogik.
2.    Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Rusn, 1988 : 54).
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan oleh umatnya kalau hanya diajarkan saja. Untuk itulah agar islam bisa diamalkan oleh umatnya tidak hanya teoritis tetapi juga praktis maka umat islam harus dididik melalui proses pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi SAW dalam mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlaq yang baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Sehingga beliau adalah seorang pendidik yang berhasil.

F.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.    Sifat hakekat manusia adalah ciri-ciri karakteristis yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan atau dari makhluq lainnya
2.    Wujudnya sifat hakikat manusia antara lain kemampuan manusia menyadari diri, kemampuan bereksistensi, mempunyai kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak serta kemampuan menghayati kebahagiaan.
3.    Dimensi-dimensi sifat hakekat manusia ada 4 yaitu dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman.
4.    Pengembangan dimensi hakekat manusia ada dua yaitu : pengembangan yang utuh dan pengembangan yang tidak utuh.
5.    Menurut pandangan islam
-    Terhadap manusia, manusia adalah :
a.    Sebagai mahluq yang mulia karena dikaruniai akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan utuh mengabdi kepada Alloh.
b.    Sebagai kholifah dimuka bumi.
c.    Sebagai mahluq paedagogik
6.    Terhadap pendidikan :
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam dapat dihayati dan diamalkan oleh umatnya hanya dengan proses pendidikan seperti yang dilakukan olah Nabi SAW.
0 Responses

Posting Komentar