Drs. M. ARIF AM, MA.
STAI Miftahul 'Ula Nglawak Kertosono
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kepada guru diserahkan untuk “digarap” sutau merupakan “bahan mentah” berupa siswa yang menginginkan pengetahuan atau keterampilan dan sikap-sikap yang baik yang akan di gunakan oleh mereka untuk menghadapi masa depan dalam kehidupannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, yakni transformasi, tak jarang ada anak yang bisa menguasai apa yang telah diajarkannya. Selain itu anak yang bisa menguasai dan ada pula yang tidak menguasai apa yang telah di ajarkannya. Selain itu anak yang bisa menguasai apa yang diajarkan, belumlah tentu pada saat ulangan mendapat nilai yang baik. Disini guru bertugas melakukan evaluasi proses pengajaran. Waktu tidak sedikit dari guru enggan melakukan evaluasi dan membiarkan anak didiknya seperti itu. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena kurang memahaminya mereka tentang evaluasi proses pengajaran.
Oleh sebab itu pemahaman yang lebih lanjut mengenai evaluasi proses pengajaran sangat kita perlukan sebagai seorang calon pengajar untuk bekal kelak sebagai pengajar.
Pengertian Evaluasi, dan Evaluasi Proses Pengajaran
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahas Inggris evalution, dalam bahasa arab (التقد ير), dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah Value, dalam bahasa arab (القليمة), dalam bahasa indonesia berarti: nilai.
Adapun dari segi istilah, ada beberapa pendapat mengenai evaluasi. Diantaranya yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wardt dan Gerald W. Brown (1977). Menurut mereka, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu (Sudijono, 2005: 1).
Definisi lain dikemukakan oleh Ralph Tyler (1950) ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam menambahkan, bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Arikunto, 2005: 3).
Sedangkan evaluasi proses pengajaran adalah suatau rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat keberasilan dari kegiatan yang direncanakan (Arikunto, 2005: 290).
Objek atau Sasaran Evaluasi Proses Pengajaran
Sebelum mengenal sasaran evaluasi secara cermat, kita perlu memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang bersangkutan dengan kegiatan belajar-mengajar, yakni kita perlu mengenal model transformasi proses pendidikan. Di dalam proses transformasi, siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan diolah melalui proses pengajaran. Siswa yang baru masuk (input) ini memiliki karakteristik untuk kekhusussan sendiri-sendiri, yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Di samping itu ada masukan lain yang juga berpengaruh. Yaitu, masukan instrumental dan masukan lingkungan.dan siswa yang sudah di transformasi disebut bahan jadi atau dikenal dengan hasil atau keluaran (output).
Objek untuk sasaran evaluasi proses pengajaran adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses (input). Maupun dengan keluaran (output), dengan semua dimensinya.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:
Masukan Mentah (Raw input)
Yaitu para siswa penelitian terhadap masukan mentah yakni siswa sebagai objek belajar, mencakup aspek-aspek berikut:
• Kemampuan Siswa. Penelitian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran Intelegensia atau potensi yang dimilikinya. Namun, mengingat sulitnya hal itu, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang di tunjukkannya, misalnya analisis terhadap hasil tes seleksi masuk, nilai STTB, Raport, hasil Ulangan. Analisis kemampuan ini sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan strategi pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa.
• Minat, Perhatian dan Motivasi Belajar Siswa. Keberhasilan belajar siswa tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga di tentukan oleh minat, perhatian, dan motivasi belajarnya. Sering ditemukan siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi gagal dalam belajarnya di sebabkan oleh kurangnya minat, perhatian dan motivasinya. Minat, perhatian dan motivasi pada hakikatnya merupakan usaha siswa dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Berbagai alat penilaiaan yang dapat di gunakan untuk menumbuhkan kesemuanya tadi adalah : pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, wawancara kepada siswa, studi data pribadi siswa, kunjungan rumah, dialog dengan orang tuanya dan lain sebagainya.
• Kebiasaan Belajar Siswa. Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar, dan lain-lain merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar siswa. Kebiasaan belajar yang salah harus diperbaiki dan ditinggalkan, dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar para siswa, guru dapat menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap cara belajar siswa, misalnya cara membaca buku, mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, cara diskusi.
• Karakteristik Siswa. Karakteristik pribadi siswa berbeda satu sama lain, hal ini mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan guru dalam menghadapi siswa harus memperhitungkan karakteristik tersebut. Untuk mengetahui karakteristik siswa, guru perlu mengamati tingkah laku siswa dalam berbagai situasi, analisis, wawancara, dan memberikan kuisoner.
• Aspek-aspek yang dikemukakan diatas minimal harus diketahui oleh guru agar ia dapat menyatukan strategi pengajaran sesuai dengan kondisi pada siswa.
Masukan Alat (Instrumental Input)
Yakni unsur manusia dan non-manusia yang mempengaruhi terjadinya proses penilaian terhadap masukan instrumental mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:
• Materi atau Kurikulum. Kurikulum adalah program belajar untuk siswa, terdiri dari pengetahuan ilmiah, pengalaman, dan kegiatan belajar anak yang telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan. Penilaian terhadap kurikulum penting dilakukan oleh guru, penilaian tersebut dapat dilakukan melalui kajian dan analisis GBPP bukan pedoman guru, buku pelajaran, dan kemampuan guru itu sendiri (introspeksi) dalam melaksanakan kurikulum tersebut.
• Guru atau Kemampuan Guru Mengajar. Kemampuan guru mengajar merupakan dimensi paling utama untuk dilakukan penilaian monitoring sendiri adalah oleh Kepala Sekolah. Dengan penilaian ini diharapkan ada usaha dari guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran.
• Metode adalah Pendekatan dalam Mengajar. Evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa.
• Sarana: Alat Pelajaran adalah Media Pendidikan. Sasaran evaluasi yang berkenaan dengan sarana pendidikan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan. Mudah dan sukarnya untuk diperoleh, kecocokan dengan materi, jumlah evaluasinya dilakukan melalui observasi, monitoring, wawasan dan lain-lain.
Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Masukan lingkungan ini ada yang hadir disekitar proses belajar-mengajar, bukan merupakan sesuatu yang terkait dengan dan berpengaruh langsung pada prestasi belajar. Ada dua macam masukan lingkungan yaitu:
• Lingkungan Manusia
Yang dapat digolongkan sebagai masukan lingkungan manusia bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan sengaja akan tidak berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa.
• Lingkungan non-Manusia
Yaitu segala hal yang berada di lingkungan siswa, yang secara langsung tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung, dan lain-lain.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Proses Pengajaran
Pada umumnya evaluasi terhadap proses pengajaran itu dilakukan sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisah dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Evaluasi proses pengajaran berfungsi untuk:
• Mengetahui kemampuan dan perkembangan anak didik setelah mengetahui atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
• Mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kepada guru diserahkan untuk “digarap” sutau merupakan “bahan mentah” berupa siswa yang menginginkan pengetahuan atau keterampilan dan sikap-sikap yang baik yang akan di gunakan oleh mereka untuk menghadapi masa depan dalam kehidupannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, yakni transformasi, tak jarang ada anak yang bisa menguasai apa yang telah diajarkannya. Selain itu anak yang bisa menguasai dan ada pula yang tidak menguasai apa yang telah di ajarkannya. Selain itu anak yang bisa menguasai apa yang diajarkan, belumlah tentu pada saat ulangan mendapat nilai yang baik. Disini guru bertugas melakukan evaluasi proses pengajaran. Waktu tidak sedikit dari guru enggan melakukan evaluasi dan membiarkan anak didiknya seperti itu. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini terjadi karena kurang memahaminya mereka tentang evaluasi proses pengajaran.
Oleh sebab itu pemahaman yang lebih lanjut mengenai evaluasi proses pengajaran sangat kita perlukan sebagai seorang calon pengajar untuk bekal kelak sebagai pengajar.
Pengertian Evaluasi, dan Evaluasi Proses Pengajaran
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahas Inggris evalution, dalam bahasa arab (التقد ير), dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah Value, dalam bahasa arab (القليمة), dalam bahasa indonesia berarti: nilai.
Adapun dari segi istilah, ada beberapa pendapat mengenai evaluasi. Diantaranya yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wardt dan Gerald W. Brown (1977). Menurut mereka, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu (Sudijono, 2005: 1).
Definisi lain dikemukakan oleh Ralph Tyler (1950) ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam menambahkan, bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Arikunto, 2005: 3).
Sedangkan evaluasi proses pengajaran adalah suatau rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat keberasilan dari kegiatan yang direncanakan (Arikunto, 2005: 290).
Objek atau Sasaran Evaluasi Proses Pengajaran
Sebelum mengenal sasaran evaluasi secara cermat, kita perlu memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang bersangkutan dengan kegiatan belajar-mengajar, yakni kita perlu mengenal model transformasi proses pendidikan. Di dalam proses transformasi, siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan diolah melalui proses pengajaran. Siswa yang baru masuk (input) ini memiliki karakteristik untuk kekhusussan sendiri-sendiri, yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Di samping itu ada masukan lain yang juga berpengaruh. Yaitu, masukan instrumental dan masukan lingkungan.dan siswa yang sudah di transformasi disebut bahan jadi atau dikenal dengan hasil atau keluaran (output).
Objek untuk sasaran evaluasi proses pengajaran adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses (input). Maupun dengan keluaran (output), dengan semua dimensinya.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:
Masukan Mentah (Raw input)
Yaitu para siswa penelitian terhadap masukan mentah yakni siswa sebagai objek belajar, mencakup aspek-aspek berikut:
• Kemampuan Siswa. Penelitian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran Intelegensia atau potensi yang dimilikinya. Namun, mengingat sulitnya hal itu, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang di tunjukkannya, misalnya analisis terhadap hasil tes seleksi masuk, nilai STTB, Raport, hasil Ulangan. Analisis kemampuan ini sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan strategi pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa.
• Minat, Perhatian dan Motivasi Belajar Siswa. Keberhasilan belajar siswa tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga di tentukan oleh minat, perhatian, dan motivasi belajarnya. Sering ditemukan siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi gagal dalam belajarnya di sebabkan oleh kurangnya minat, perhatian dan motivasinya. Minat, perhatian dan motivasi pada hakikatnya merupakan usaha siswa dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Berbagai alat penilaiaan yang dapat di gunakan untuk menumbuhkan kesemuanya tadi adalah : pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, wawancara kepada siswa, studi data pribadi siswa, kunjungan rumah, dialog dengan orang tuanya dan lain sebagainya.
• Kebiasaan Belajar Siswa. Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar, dan lain-lain merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar siswa. Kebiasaan belajar yang salah harus diperbaiki dan ditinggalkan, dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar para siswa, guru dapat menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap cara belajar siswa, misalnya cara membaca buku, mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, cara diskusi.
• Karakteristik Siswa. Karakteristik pribadi siswa berbeda satu sama lain, hal ini mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan guru dalam menghadapi siswa harus memperhitungkan karakteristik tersebut. Untuk mengetahui karakteristik siswa, guru perlu mengamati tingkah laku siswa dalam berbagai situasi, analisis, wawancara, dan memberikan kuisoner.
• Aspek-aspek yang dikemukakan diatas minimal harus diketahui oleh guru agar ia dapat menyatukan strategi pengajaran sesuai dengan kondisi pada siswa.
Masukan Alat (Instrumental Input)
Yakni unsur manusia dan non-manusia yang mempengaruhi terjadinya proses penilaian terhadap masukan instrumental mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:
• Materi atau Kurikulum. Kurikulum adalah program belajar untuk siswa, terdiri dari pengetahuan ilmiah, pengalaman, dan kegiatan belajar anak yang telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan. Penilaian terhadap kurikulum penting dilakukan oleh guru, penilaian tersebut dapat dilakukan melalui kajian dan analisis GBPP bukan pedoman guru, buku pelajaran, dan kemampuan guru itu sendiri (introspeksi) dalam melaksanakan kurikulum tersebut.
• Guru atau Kemampuan Guru Mengajar. Kemampuan guru mengajar merupakan dimensi paling utama untuk dilakukan penilaian monitoring sendiri adalah oleh Kepala Sekolah. Dengan penilaian ini diharapkan ada usaha dari guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran.
• Metode adalah Pendekatan dalam Mengajar. Evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa.
• Sarana: Alat Pelajaran adalah Media Pendidikan. Sasaran evaluasi yang berkenaan dengan sarana pendidikan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan. Mudah dan sukarnya untuk diperoleh, kecocokan dengan materi, jumlah evaluasinya dilakukan melalui observasi, monitoring, wawasan dan lain-lain.
Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Masukan lingkungan ini ada yang hadir disekitar proses belajar-mengajar, bukan merupakan sesuatu yang terkait dengan dan berpengaruh langsung pada prestasi belajar. Ada dua macam masukan lingkungan yaitu:
• Lingkungan Manusia
Yang dapat digolongkan sebagai masukan lingkungan manusia bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan sengaja akan tidak berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa.
• Lingkungan non-Manusia
Yaitu segala hal yang berada di lingkungan siswa, yang secara langsung tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung, dan lain-lain.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Proses Pengajaran
Pada umumnya evaluasi terhadap proses pengajaran itu dilakukan sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisah dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Evaluasi proses pengajaran berfungsi untuk:
• Mengetahui kemampuan dan perkembangan anak didik setelah mengetahui atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
• Mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.
• Dengan mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil dari evaluasi itu, selanjutnya kita dapat berusaha untuk mencari perbaikan.
Sedangkan tujuan daripada evaluasi proses pengajaran itu sendiri adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan murid dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Di samping itu juga dapat digunakan bagi guru-guru atau supervisor untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan dan keefisiensian pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan belajar dan metode-metode yang digunakan, sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.
Posting Komentar