m. arif am
Metode Penelitian
Penelitian merupakan usaha mencari hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu fenomena sosial. Di dalam menjelaskan fenomena tersebut, penelitian kualitatif selalu menekankan pada tiga aspek penting. Pertama, pada unit analisis mikro di mana satuan yang diteliti dibatasi sedemikian rupa sehingga lebih dapat dijelaskan secara terinci. Pembatasan ini memungkinkan penelitian mendapatkan hasil yang mendalam. Kedua, penelitianbersifat holistik dalam arti melihat obyek yang diteliti secara menyeluruh di dalam satu kesatuan. Suatu fenomena di sini dilihat sebagai suatu keseluruhan  (wholeness) daris ebuah proses sosial budaya.  Ketiga, penelitian kualitatif cenderung menekankan perbandingan sebagai salah satu kekuatan karena perbandingan ini juga yang membuat penelitian kualitatif dapat menekankan proses dan dapat menegaskan konteks sosial di mana suatu gejala itu muncul.
 
1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
        Untuk memperoleh data yang cukup, penulis menggunakan pendekatan kualitatif (grounded research snow ball sampling). Sedangkan jenis penelitian yang penulis gunakan adalah “study multisitus”.
        Titik berat grounded research adalah pada pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan terutama melalui wawancara bebas seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1967), grounded research dalam Singaribuan  merupakan realisasi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial, dengan menitik beratkan pada sosiologi. Sementara menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy Moleong   menyatakan bahwa metodologi kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada letak dan individu tersebut secara induktif (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
        Secara ontologis, metodologi penelitian kualitatif berlandaskan phenomenologi menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda, hakekat obyeknya dalam satu konteks natural, bukan persial.
        Sedangkan secara epistimologi, metodologi penelitian kualitatif berlandaskan phenomenologis menuntut pendekatan holistic, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda, hakekat obyeknya dalam satu konteks natural, bukan persial.
        Sedangkan secara epistimologi, metodologi penelitian kualitatif berlandaskan phenomenologis sepenuhnya menolak penggunaan kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian. Membuat persiapan seperti itu menjadikan hasil penelitian itu menjadi produk arti artificial. Jauh dari sifat naturalnya. Dalam hal melihat kejadian dan tata piker yang digunakan phenomenologi sejalan dengan rasionalisme, yaitu melihat obyek dalam konteksnya dan menggunakan tata piker begitu lebih sekedar linier kausal.
        Secara aksiologi, ada kesamaan antara yang phenomenologi dengan yang rasionalistik, yaitu keduanya mengakui kebenaran etik, ada valice bound menurut istilah Egon G. Guba. Dalam penelitian kualitatif berlandaskan rasionlisme telah disebut tentang strata empiric, yaitu; empiric sensual, empiric logik, empiric etik. Aksiologi, phenomenologi Efmund Husserd mengenal pula empiri trandsendental. Karena itu metodologi penelitian kualitatif mengakui 4 kebenaran empiric, yaitu kebenaran empiric sensual, kebenaran empiri logik, kebenaran empiric etik, kebenaran empiric trandsendental. Kemampuan penghayatan dan pemaknaan manusia atas indikasi empiric manusia menjadi mampu mengenal empat kebenaran tersebut.
        Epistimologis, phenomenologi menuntut bersatunya subyek peneliti dengan subyek pendukung obyek peneliti. Keterlibatan subyek peneliti di lapangan, menghayatinya menjadi salah satu cirri utama penelitian phenomenologik.
        Metode pendekatan kualitatif ini penulis gunakan karena beberapa pertimbangan yang antara lain sebagai berikut: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Ke dua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara penyaji dengan responden atau informan. Ke tiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
        Pada ahli ilmu sosial, khususnya para ahli sosiologi, berupaya menemukan teori berdasar data empiri, bukan membangun teori secara deduktif logis. Itulah yang disebut dengan grounded theory, dan model penelitiannya disebut grounded research. Penemuan teori dari data empiric yang diperoleh secara sistematis dari penelitian sosial itulah tema dari metodologi penelitian kualitatif model grounded research.
        Teori berdasar data, seperti teori birokrasi dari Weber dan teori bunuh diri dari Durkheim dapat bertahan puluhan tahun karena teori tersebut ditemukan berdasar data.  Grounded Research menyajikan suatu pendekatan yang baru. Data merupakan sumber data teori, teori berdasarkan data, dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan oleh penulis di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus dikembangkan/disempurnakan dalam penelitian berlangsung.
2.    Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti  di lapangan mutlak diperlukan.  Dalam penelitian kualitatif, peneliti  sendiri  atau dengan bantuan  orang lain merupakan  alat  pengumpul  data  utama. Agar mampu  mengadakan penyesuaian  terhadap  kenyataan-kenyataan  yang ada di lapangan. Peneliti dalam hal ini adalah sebagai  pengamat partisipan. Pada saat yang  diperlukan, kadang ikut serta  dalam kegiatan  yang dilakukan  oleh informan seperti interaksi di dalam pesantren  yang sedang berlangsung. Peneliti  mengikuti kegiatan  tersebut  untuk mendapatkan  gambaran yang jelas tentang  kegiatan  tersebut. Meskipun peneliti sudah mengadakan  interview  dengan  kyai dan para pendidik serta para santri yang ada.
Status  peneliti  diketahui dengan jelas  dan formal  oleh informan, karena  peneliti melelui proses yang formal baik  secara  administratif maupun secara  normatif. Hal ini  peneliti lakukan, agar di dalam  proses  penggalian data, tidak terjadi  kendala. Di samping itu  agar informasi dan data  yang diperoleh  dapat diterima keabsahannya, baik oleh informan secara  langsung  maupun oleh  siapa saja yang  kebetulan  mengetahui tentang Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk.
Karena peneliti sekaligus  sebagai instrumen penelitian, maka  peneliti selalu berpedoman  pada aturan-aturan  penelitian  untuk mendapatkan data yang layak dan maksimal. Sebagaimana  pendapat Guba dan Lincoln  (1981), membuat peneliti  harus memiliki kualifikasi yang baik, yang mempunyai sifat  responsif, adaptif, lebih holistik (menyeluruh), mampu mempelajari jawaban ide sinkretik (menyesuaikan /memadukan) dan mampu mengejar pemahaman yang lebih  dalam.
Di samping itu peneliti secara terbuka diketahui oleh umum  maksudnya keberadaan peneliti  diketahui oleh seluruh unsur yang ada di Pondok Pesantren Salaf  yang meliputi pengasuh, pengurus dan seluruh pendidik, bahkan seluruh santri  secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga informasi  bisa penulis peroleh sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian  ini.
3.    Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, tindakan  orang yang diamati atau diwawancarai adalah merupakan  sumber data  utama. Sumber data yang utama tersebut dapat dicatat melalui  catatan  tertulis, atau  melalui  rekaman radio tape, pengambilan foto dan sebagainya. Pencatatan  sumber data utama bisa diperoleh  melalui wawancara atau pengamatan berperan serta, yang merupakan  gabungan  dari kegiatan  melihat, mendengar dan bertanya.   Manusia dalam kewajarannya pun tidak menggali semua data yang ada, tetapi  hanya yang mengacu  pada tahun  pembahasan.   Yang dibedakan atas transkrip wawancara, hasil observasi, studi dokumentasi, catatan  lapangan, dan rekaman  Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Setudi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk yang terjadi  secara  alami (natural). Agar  lebih mudah dalam pengklasifikasiannya, data peneliti ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Data perencanaan kegiatan  pembelajaran  dikumpulkan dari data Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Setudi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk
2.    Data Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk dikumpulkan  melalui kegiatan observasi langsung  di kelas secara alamiah  untuk mengamati bentuk interaksi belajar mengajar, teknik  penyajian materi pelajaran. Datanya  meliputi tuturan dan tindakan ustadz/ustadzah, santri  dan  proses  belajar mengajar.
3.    Data tentang perubahan sosial pondok pesantren salaf dikumpulkan  melalui pertanyaan-pertanyaan, selama proses yang berkaitan dengan sumber data. Sedangkan sumber datanya adalah, pengasuh, pengurus, pendidik dan santri di Pondok Pesantren Salaf  Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk.
4.    Prosedur  dan Teknik Pengumpulan Data.
Teknik  pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah:
 a. Observasi partisipatif, yaitu  pada waktu pengumpulan data  di lapangan, peneliti berperan  serta dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan data  yang diperlukan dalam penelitian ini.
b. Wawancara  mendalam (in-depth interview) yaitu  peneliti  mengadakan  wawancara dengan pengasuh, pendidik, ustadz dan ustadzah untuk  mendapatkan informasi tentang   Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk.
 c. Di samping itu untuk mendukung data, peneliti  mendapatkan data  secara  tertulis yang  berupa  dokumen  atau  arsip yang diperlukan  yang tergolong jenis dokumentasi seperti  foto kegiatan, daftar siswa dan sebagainya.
Peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam kegiatan  pengumpulan  data yang berkaitan dengan  Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk. Manusia sebagai instrument  memiliki  beberapa  kelebihan antara lain: manusia sebagai alat untuk mempelajari atau mengerti tentang kaitan-kaitan  yang ada di lapangan. Namun untuk itu  peneliti menggunakan  instrumen  penunjang berupa: tape recorder, panduan wawancara, panduan  observasi, dan catatan  lapangan baik dalam bentuk  deskriptif maupun reflektif.
5.    Pengecekan Keabsahan Data
        Peneliti dalam usahanya untuk mendapatkan data yang valid dan yang bersifat reliabilitas, melalui beberapa tahap antara lain:
1.    Perpanjangan Keikutsertaan
2.    Ketekunan pengamatan
3.    Triangulasi
4.    Pengecekan sejawat
5.    Kecukupan referensial
Keterangan     Uraian rinci

a.    Perpanjangan keikutsertaan
Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument utama. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat ke perencanaan data yang dikumpulkan.
Selanjutnya peneliti secara kontinyu mengadakan observasi, dan wawancara dengan unsur yang terkait untuk mendapat data yang diperlukan.
Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam lokasi dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan menggantungkan distorsi yang mungkin mengotori data.  
b.    Ketekunan pengamatan
Seperti yang telah disampaikan dalam uraian di atas, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subyek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang ditulis berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.
      
c.    Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu pembanding terhadap data itu.
                 Dari berbagai data yang bisa penulis peroleh dibadingkan dengan data yang awal sehingga keseluruhan data dapat dipertanggung jawabkan validitasnya. Menurut Lexy. J. Moleong (2000), metode tersebut dapat dicapai dengan jalan :
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d.    Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi, analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.
Kegiatan ini mulai peneliti lakukan sejak awal proses penyusun proposal penelitian. Setelah mengadakan observasi pada obyek penelitian, dalam hal ini pengenalan awal tentang lembaga pendidikan Banyak masukan pendapat yang berarti untuk penyempurnaan proses awal dalam penyusunan disertasi.
Kegiatan diskusi dengan teman, sesama mahasiswa pascasarjana, baik secara formal dalam diskusi atau tidak formal dalam forum yang bebas, untuk mengadakan koreksi tentang data yang masuk, dan teori-teori yang harus diberikan untuk mendukung data yang ada. Kegiatan semacam ini peneliti rasakan cukup membantu untuk meningkatkan dan menambah kesempurnaan tersusunnya sebuah hasil penelitian yang valid dan dapat diakui keabsahan datanya.
Secara rutin, ketika peneliti ketemu teman, selalu saling menanyakan tentang penyusunan disertasi dan saling memberikan masukan pendapat yang dapat membantu peneliti untuk mendapatkan koreksi positif yang terfokus pada pembahasan yang sudah ditentukan.
e.    Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensial mula-mula diusulkan oleh Eisner 1975 dalam (Lincoln dan Quba), yang dikutip oleh Lexy Moleong   sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dalam hal ini peneliti menyadari bahwa hasil dari temuan di lapangan dengan hasil wawancara, yang diperoleh dari sebuah penelitian. Kesesuaian tersebut menjadi bahan pertimbangan atau tolak ukur bahwa data tersebut benar-benar bisa dipercaya kebenarannya. Referensi yang berupa hasil rekaman atau catatan lapangan, menjadi perbandingan informasi yang diterima peneliti. Dari subyek yang satu dengan lain harus ada kesesuaian dan saling mendukung, sehingga hasil temuan dalam penelitian sesuai dengan teori yang di program dalam desain penelitian.
6.    Analisis Data
Dalam penelitian mengenai Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk, data penelitian yang terkumpul dianalisa secara induktif yang dibedakan dalam dua tahap, yaitu selama peneliti berada di lapangan dan tahap setelah pengumpulan data berakhir.
a.    Analisis selama pengumpulan data
Analisis yang peneliti lakukan selama pengumpulan data di lapangan dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam mengorganisasikan data mulai dari mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, kodifikasi, sampai dengan mengkategorikan data secara keseluruhan.  Selanjutnya dijelaskan bahwa analisis data yang tertunda tak mungkin dilakukan dengan baik, karena kejadian dapat terus berlangsung dan dalam jumlah yang banyak. Kondisi semacam ini dapat membingungkan dan menyulitkan peneliti. Dengan demikian analisis sedikit demi sedikit merupakan langkah yang ditempuh untuk mengurangi beban dalam menganalisa data penelitian secara menyeluruh di kemudian hari.
Data dari lapangan diurutkan dan disusun kembali dan dicocokkan dengan transkip hasil rekaman sehingga dapat menggambarkan proses perubahan sosial di pondok pesantren salaf secara menyeluruh. Data yang bersifat draf ini diklasifikasikan, diberi kode, dan diberi catatan kecil sesuai dengan fokus penelitian.
Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan indikator-indikator yang dijadikan dasar untuk menganalisa data dan menjawab permasalahan penelitian.
b.    Analisis setelah pengumpulan data berakhir
Analisis data selama di lapangan sifatnya adalah draf yang masih perlu adanya penyempurnaan. Penyempurnaan dilakukan pada analisis setelah pengumpulan data dan berakhir dengan cara dikonsultasikan pada pembimbing. Dengan demikian, maka kekurangan-kekurangan yang terdapat pada analisis di lapangan dapat diperbaiki. Di samping itu, analisis setelah pengumpulan data berakhir dimaksudkan untuk mengulangi seluruh analisis yang pernah dilakukan terhadap data yang terkumpul selama melakukan observasi. Penyempurnaan-penyempurnaan perbaikan dan pengembangan bisa dilakukan terhadap hal-hal yang pernah dicatat. Tujuan penelitian selalu menjadi bahan acuan dalam menganalisis data.
c.    Teknik analisis data
Analisis data dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan seperangkat pertanyaan yang menjadi fokus dalam masalah penelitian. Data penelitian ini dianalisis dengan cara melihat kesesuaian antar korpus data dalam setiap komponen pondok pesantren salaf dengan perubahan sosial.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resepsi, gambar, foto dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataannya yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah berikutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Miles dan Huberman (1984) dalam Lexy Moleong   menyebutkan/menyatakan tiga langkah analisis data kualitatif, yaitu : (1). Reduksi data, (2). Paparan data, dan (3). Verifikasi untuk menyimpulkan data. Ketiga langkah ini saling berinteraksi, mulai dari pengumpulan data sampai penulisan laporan. Reduksi data dimaksudkan untuk mempertajam data sehingga membuang bagian-bagian yang tidak perlu melalui proses seleksi, pemilahan, dan pemberian kode. Data ini telah dimiliki tersebut dipaparkan dengan cara mengorganisasikannya ke dalam kategori-kategori yang memungkinkan untuk diberi kesimpulan.      
7.    Tahap Penelitian
a.    Memilih masalah
Memilih masalah merupakan kunci penting untuk kelanjutan penelitian berikutnya. Mengingat konsentrasi, peneliti adalah manajemen pendidikan Islam. Maka pemilihan masalah tentunya yang sesuai dengan konsentrasi tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif yang mendukung, maka memilih judul Pondok Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial; Studi Multisitus di Pondok Pesantren Mojoduwur, Mojosari, Krempyang Kabupaten Nganjuk.
b.    Studi pendahuluan
1)    Mengadakan observasi awal ke Pesantren untuk mengenal obyek.
2)    Mengadakan konsultasi awal kepada Kyai  sebagai pengasuh  Pesantren.
3)    Menggali data dari informan yang diperlukan untuk studi pendahuluan.
c.    Merumuskan Masalah
1.    Menelaah buku-buku referensi yang mendukung data awal dari studi pendahuluan
2.    Mencari teori-teori pendukung dari pendapat para ahli.
3.    Mendiskusikan dengan teman sejawat, tentang hasil data yang diperoleh sebagai bahan menyusun atau merumuskan masalah.
f.    Merumuskan anggapan dasar
a.    Mengelompokkan hasil observasi, awal agar lebih terfokus.
b.    Mempersiapkan cara-cara yang efektif untuk memasuki obyek.
c.    Merumuskan data yang didapat dari informan/responden.
g.    Memilih pendekatan
h.    Menentukan variabel dan sumber data
a.    Menentukan apa yang akan diteliti
b.    Membagi dan menentukan urutan data yang akan diteliti. Memberikan urutan prioritas sumber data.
c.    Membuat pengelompokan sumber data menurut fokus perubahan.
i.    Menentukan dan menyusun instrumen
a.    Membuat beberapa rumusan pertanyaan sebagai pedoman untuk wawancara.
b.    Mempersiapkan dan mencermati point pertanyaan agar mencapai sasaran.
j.    Mengumpulkan data
a.    Menentukan teknik pengumpulan data.
b.    Membahas hasil temuan di lapangan
c.    Memadukan antara hasil wawancara dengan observasi lapangan.
k.    Analisis data
a.    Merumuskan hasil temuan
b.    Mengecek keabsahan data
l.    Menarik kesimpulan
m.    Menyusun laporan
8.    Sistematika Bahasan
Setelah melalui tahap-tahap pemikriandan dengan pertimbangan secukupnya, seluruh isi disertasi ini disajikan dalam  lima bab uraian, dengan pembagian: satu bab pendahuluan, tiga bab berisi isi dan anasilis, satu bab terakhir berisi kesimpulan saran-saran. Secara sistematis disusun sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan, yang isinya meliputi;  latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika bahasan.
Bab  kedua, tentang kehidupan sosial di pondok pesantren salaf yang meliputi : pengertian pondok pesantren salaf, tipologi  pondok pesantren, unsur-unsur dalam pondok pesantren salaf, tradisi dan perilaku sosial  dalam  pondok pesantren salaf.
Bab ketiga, tentang perubahan sosial meliputi : sejarah  berdirinya pondok pesantren, bentuk-bentuk pendidikan di pondok pesantren salaf, sikap pondok pesantren salaf terhadap arus perubahan sosial.
Bab keempat,  respon pondok pesantren salaf terhadap perubahan sosial yang meliputi : globalisasi dan perubahan sosial, pengaruh perubahan sosial terhadap pola hidup di pondok pesantren salaf, respon pondok pesantren salaf terhadap derasnya arus perubahan sosial
Bab kelima, tentang penutup,  yang meliputi kesimpulan dan saran-saran



DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Irwan,  Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2006.

______________, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: SPs UGM, 2007.

Anwar, Ali, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri,  Kediri:IAIT Press, 2008.

Anwar, M. Syafi’i, Pemikiran Dan Aksi Islam Indonesia Sebuah Kajian Politik Tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru , Jakarta Selatan: Paramadina, 1995.

Arif, Mohammad, Pesantren Sebagai Pusat Deseminasi  Jama’ah Tabligh:Studi Kasus di Pesantren Al Fattah Temboro Magetan Jawa Timur, dalam Irwan Abdullah, et.al (Ed). Agama, Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren. Yogyakarta : Sekolah Pascasarjana UGM  bekerja sama Pustaka Pelajar, 2008.

A. Steenbrink, Karel,  Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan  Islam dalamKurun Modern, Jakarta:PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1994.

Azra, Ayumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Jakarta: Logos, 1999.

-------------------,Esay-Esay Intelektual Muslim & Pendidikan Menuju Milienium Baru. Jakarta: Logos, 1999.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Renika Cipta, 1998.

Al Buraey, Muhammad Abdullah, Manajemen dan Administration in Islam. Saudi Arabia : King Fahd University, 1990.

A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Anas, Azwar, Dkk, Kompetensi Perguruan Tinggi Swasta dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Ke II. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Al Wasilah, A. Chaidar, Beberapa Madzaab & Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa, 1992.

Asrohah, Hanum, Pelembagaan Pesantren: Asal-usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi Penelitian dan Diklat Keagamaan, 2004.

Bachtiar,Wardi,  Sosiologi  Klasik Dari Comte hingga Parsons,  Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Binjamin, Harold, Public Relations in Education. New York: Mc: Graw-Hill Book Company, Inc, 1995.

Bull, Ronald Alan Lukerns, A Peaceful Jihad:Javanese Education and Religion Identity Sonstruction,  Michigan:Arizona State University, 1997.

Depag RI, Pondok Pesantren, Jakarta: Depag, 2001.

Dhofier, Zamakhsyari , Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, 1982.

Djamil, Abdul et.al., Pesantren dan Kebudayaan:Kajian Ulang tentang Pesan Pesantren sebagai Bentuk Kebudayaan Indonesia, Semarang:Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 1999.

Faisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalsiasi, Yogyakarta: Insist Press kerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2006.

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999.

Freire, Paulo dkk, Menggugat Pendidikan Fundamentalis konservatif, Liberal. Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Palajar, 1999.

Forse, Michel,  Teori-Teori Perubahan Sosial dalam Anthony Giddens, et.al, La Sociologie Histoire Et Idees, Terj. Ninik Rochani Sjams, Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.

Giddens, Anthony,  Runaway World, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2001.

_______________, Beyond Left nd Right, Terj. Imam Khoiri, Yogyakarta: IrciSoD, 2003.
_______________ et.al, La Sociologie Histoire et Idees, Terj. Ninik Rochani Sjam, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.

Goldman, Harold, Public Comunication Perseption, Criticism, Performance. Malabar. Florida: Robert E. Krieger Publishing Co, Inc, 1983.

Hidayatullah, Membedah Pemikiran Islam M. Akoun. Bandung: Pustaka, 2000.

Handoko, T. Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1998.

H.H, Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi Resistansi Tradisional Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005.

Ibnu Rusn, Abidin, Pemikiran Al Ghozali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 1998.

Irawan, Prasetyo, Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al Husna Zikra, 1995.

---------,  Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio Psikologi. Jakarta: Pustaka Setia, 1985.

Mastuhu,  Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta:INIS, 1994.

---------- , Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Madjid, Nurcholish,  Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997.

Moleong, Lexzy J, Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kwalitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.

Musa, Ali Maschan, Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Bwerbasis Agama , Yogyakarta: LkiS bekerja sama dengan IAIN Sunan Ampel Press, 2007.

Nor, Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Nair, Keshavan, Kepemimpinan Berstandar Moral Lebih Tinggi Ajaran dari Kehidupan Gandi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Naisbit, John, dan Patricia Aburdence, Megatrend 2000. Jakarta: Bumi Angkasa, 1990.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Angkasa, 2000.

Prasodjo ,Sudjoko.dkk,  Profil Pesantren, Jakarta:LP3ES,1994.

Putro, Ismed Hasan, Indonesia Memasuki Melenium III; Gagasan dan Pemikiran Edi Sudjarat. Surabaya: Pusat Studi Indonesia, 1998.

Putro, Suadi, Mohammad Arkuon Tentang Islam dan Modernitas. Jakarta: Paramadina, 1998.

Purwant, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.

Rahardjo, Mudjia, Belajar Bahasa, Sulitkah? Majalah Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang . 1991.

Rahardjo, Dawam, (ed.), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1974.

Rahim, Husni, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2005.

Rofiq, Chusnoer, Upaya Pengentasan Dari Kesulitan Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jurnal STAIN Malang, 1998.

Rooijakkers, AD, Mengajar Dengan Sukses, Petunjuk untuk Merencanakan dan Menya,paikan Pengajaran. Jakarta: PT. Grassindo, 1990.

Steenbrink ,Karel A, Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986.

Shihab, Alwi, Membendung Arus Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998.

Shihab, Qurais, Wawasan Al Qur’an. Bandung: Mizan, 1998.

……….. , Membumikan Al Qur’an. Bandung: Mizan, 1999.

Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 1998.

Saukah, Ali dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press, 2000.

Suprayoga, Imam, Formulasi Visi Pendidikan Islam. Malang: STAIN Press, 1999.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar. Jakarta: Logos, 1999.

Suti’ah, Kurikulum Sekolah: Bagaiman Mempersiapkan SDM XX. El-Harokah. STAIN Malang, 1998.

Soekamto, Toeti, dan Udin Syaripuddin Winata Putra,  Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: universitas Terbuka, 1996.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, 1989.

Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1999.

Tilaar, HAR, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999.

Wahid ,Abdurahman, Menggerakkan Tradisi Esei-esei Pesdantren, Yogyakarta:LKiS, 2001

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Weber, Max, The Sociology  of Religion, Terj. Muhammad Yamin, Yogyakarta: IRCiSoD, 2002.

Yukl, Garry. A, Leadership in Organisation. New Jersy: Prentice Hall, Inc, 1994.

Ziemek, Manfred,  Pesantren dalam Perubahan Sosial. Terj. Butche B. Soendjojo ,Jakarta: P3M.

Zarnuji, Ta’lim al-mut’alim, Menara Kudus, 1963.
0 Responses

Posting Komentar