Manajemen dalam Pendidikan Bahasa Inggris
1. Hakekat Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan (satisfaction) (Fattah, 1999:11). Para manager bertanggung jawab agar sub unit organisasinya berfungsi sebagai satu kesatuan yang terintergrasi dalam mengejar tujuan dasarnya. Oleh karena itu, manajer tersebut harus memberi pedoman kepada pada bawahan, memastikan bahwa mereka termotivasi dan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sejumlah kegiatan manajerial khususnya memperhatikan peran pemimpin, termasuk merekrut, melatih, mengarahkan, memberi pujian, memberi kritik, mempromosikan dan memberhentikan. Namun, peran pemimin menyerap semua kegiatan manajerial, bahkan yang mempunyai tujuan dasar yang lain (Yukl, 1994:24). Dalam merealisasikan konsep operasionalnya secara sistematis. Demikian juga dalam mengimplementasikan ke dalam kegiatan pengajaran dan pendidikan bahasa, khususnya bahasa asing.
Kemampuan dasar manusia untuk berbahasa merupakan kemampuan yang sejalan dengan potensi hidup manusia, sebagai saran ujaran, sekaligus sebagai alat hidup. Meskipun demikian, kemampuan dan tingkat perkembangan ujaran sebagai penampilannya selai erat hubungannya dengan tingkat kecerdasan dan perkembangan kreativitas seseorang, juga erat kaitannya dengan pertimbangan individu yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu (budaya, agama, profesi, hubungan peran dan sebagainya) (Feisal, 1995:347).
“Bahasa adalah alat, peta, senjata, mainan, duta dan topeng” (Rofiq dalam el-Harakah, 1999:56). Dengan bahasa manusia mengekpresikan gagasan dan pemikiran, menjalin interaksi sosial, bertransaksi, dan bahkan dengan bahasa manusia saling mempengaruhi dan mendominasi satu sama lain: Faktor terpenting yang mempercepat perkembangan hidup global tunggal adalah pembiasaan bahasa Inggris (Naibitt, 1990:126).
2. Arah Pendidikan
Belakangan ini orang telah ramai membicarakan pembaharuan pendidikan guna menjawab setiap permasalahan kehidupan manusia. Menurut Al-Ghozali yang menjawab ilmu-ilmu yang senantiasa berkembang meliputi: ilmu-ilmu imajinatif, seperti seni, bahasa, sastra, dan ilmu-ilmu intelektual seperti pendidikan (Abidin, 1998:47). Berbagai factor serta aspek penyelenggaraan pendidikan telah digarap oleh para ahli demi kemajuan pendidikan dan masyarakat. Namun demikian belum semua pihak merasa puas terhadap setiap usaha yang dilakukan itu (Sumato, 1998:2).
Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial. Aspek lain yang dikembangkan adalah aspek susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupannya, sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan tingkah laku mana yang tidak baik, dan tidak bersifat susila. Aspek lain adalah kehidupan religius dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai dengan agamanya (Fattah, 1999:5).
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, disamping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan pemikiran dan keahlian kepada generasi mudanya sehingga mereka betul-betul siap menyongsong kehidupan. Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional Indonesia menyatakan: pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya (Azra, 1999:4). Pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia (Langgulung, 1995:53). Dalam konteks Islam, al-qur’an (6:162) dengan tegas menyatakan bahwa apapun tindakan yang dikerjakan oleh manusia haruslah dikaitkan dengan Allah:
“Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku hajiku, seluruh hidup dan matiku, semuanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam”.
Masyarakat Indonesia yang mengenal adanya konsep tarbiyah (pendidikan) serta tammadum (peradaban) adalah suatu kenyataan betapa para ahli agama Islam di Indonesia mempunyai kontribusi yang subtansial dalam masyarakat Indonesia yang madani (Majid, 2000:12). Dengan kata lain gabungan pengetahuan, ketrampilan pola-pola tingkah laku, sikap nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung di dalamnya (Langgulung, 1995:63). Dalam kenyataanya, pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra, 1999:3).
Pada dasarnya maksud dan tujuan pembangunan di bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik mutu dalam arti moral spiritual atau mental, maupun mutu dalam arit intelektual profesional atau kemampuan bekerja dan beramal sesuai dengan konteksnya (Matuhu, 1999:96).
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan atau arah pendidikan dapat diklasifikasikan/dibagi menjadi dua bagian:
a. Tujuan pendidikan secara umum.
Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini dianggap kurang merata dan lebih dekat dari tujuan tertinggi, tetapi kurang khusus jika dibandingkan dengan tujuan khusus. Dapat dikatakan bahwa tujuan tidak tergantung pada situasi pendidikan, atau pada tahap pendidikan tertentu, atau pada jenis pendidikan tertentu, atau pada masa dan umur tertentu. Sedangkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dapat dikaitkan dengan institusi penduduk tertentu, dan masa atau umut tertentu (Langgulung, 1995:60).
b. Tujuan pendidikan secara khusus.
Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang diinginkan yang merupakan bagian yang termasuk dibawah tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain gabungan pengetahuan, ketrampilan pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir dan tujuan umum yang tak akan terlaksana dengan sempurna. (Langgulung, 1995:60).
DR. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani dalam Azyumardi Azra (199:7) menyatakan :
a. Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan yang diinginkan pada tingkah laku, aktifitas dan pencapaiannya, dan pada pertumbuhan yang diinginkan pada tingkah laku, dan pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia atau akhirat.
b. Tujuan-tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan tingkah laku masyarakat pada umumnya, dengan apa ada yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang diingini dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang diingini.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai suatu aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat.
Berdasarkan asumsi, bahwa life is education and education is life, dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan, maka penduduk Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup orang Islam (Jurnal STAIN, 1998:5). Diantara tujuan-tujuan khusus yang mungkin penumbuhan semangat agama dan akhlaq, mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan motivasinya, mengatur emosi dan membimbinganya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka berpegang adab yang sopan pada hubungan dan pergaulan mereka, baik di rumah atau di sekolah atau dimana-mana sekalipun (Langgulung, 1995:65). Bahkan dalam konferensi internasional tentang pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini kea rah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (Azra, 1999:57).
Pendidikan dari dahulu jkala menunjukkan bahwa institusi pendidikan berfungsi sebagai wadah tempat menampung segala kekuatan (forces) masyarakat yang diciptakannya. Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu, supaya mereka menjadi manusia-manusia yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berarti bagi suatu negara. Inilah yang kelihatannya marupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli pendidikan terkemukan sepanjang zaman. Tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan (Aly, 1999:54).
1. Hakekat Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan (satisfaction) (Fattah, 1999:11). Para manager bertanggung jawab agar sub unit organisasinya berfungsi sebagai satu kesatuan yang terintergrasi dalam mengejar tujuan dasarnya. Oleh karena itu, manajer tersebut harus memberi pedoman kepada pada bawahan, memastikan bahwa mereka termotivasi dan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sejumlah kegiatan manajerial khususnya memperhatikan peran pemimpin, termasuk merekrut, melatih, mengarahkan, memberi pujian, memberi kritik, mempromosikan dan memberhentikan. Namun, peran pemimin menyerap semua kegiatan manajerial, bahkan yang mempunyai tujuan dasar yang lain (Yukl, 1994:24). Dalam merealisasikan konsep operasionalnya secara sistematis. Demikian juga dalam mengimplementasikan ke dalam kegiatan pengajaran dan pendidikan bahasa, khususnya bahasa asing.
Kemampuan dasar manusia untuk berbahasa merupakan kemampuan yang sejalan dengan potensi hidup manusia, sebagai saran ujaran, sekaligus sebagai alat hidup. Meskipun demikian, kemampuan dan tingkat perkembangan ujaran sebagai penampilannya selai erat hubungannya dengan tingkat kecerdasan dan perkembangan kreativitas seseorang, juga erat kaitannya dengan pertimbangan individu yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu (budaya, agama, profesi, hubungan peran dan sebagainya) (Feisal, 1995:347).
“Bahasa adalah alat, peta, senjata, mainan, duta dan topeng” (Rofiq dalam el-Harakah, 1999:56). Dengan bahasa manusia mengekpresikan gagasan dan pemikiran, menjalin interaksi sosial, bertransaksi, dan bahkan dengan bahasa manusia saling mempengaruhi dan mendominasi satu sama lain: Faktor terpenting yang mempercepat perkembangan hidup global tunggal adalah pembiasaan bahasa Inggris (Naibitt, 1990:126).
2. Arah Pendidikan
Belakangan ini orang telah ramai membicarakan pembaharuan pendidikan guna menjawab setiap permasalahan kehidupan manusia. Menurut Al-Ghozali yang menjawab ilmu-ilmu yang senantiasa berkembang meliputi: ilmu-ilmu imajinatif, seperti seni, bahasa, sastra, dan ilmu-ilmu intelektual seperti pendidikan (Abidin, 1998:47). Berbagai factor serta aspek penyelenggaraan pendidikan telah digarap oleh para ahli demi kemajuan pendidikan dan masyarakat. Namun demikian belum semua pihak merasa puas terhadap setiap usaha yang dilakukan itu (Sumato, 1998:2).
Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial. Aspek lain yang dikembangkan adalah aspek susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupannya, sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan tingkah laku mana yang tidak baik, dan tidak bersifat susila. Aspek lain adalah kehidupan religius dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai dengan agamanya (Fattah, 1999:5).
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, disamping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan pemikiran dan keahlian kepada generasi mudanya sehingga mereka betul-betul siap menyongsong kehidupan. Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional Indonesia menyatakan: pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya (Azra, 1999:4). Pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia (Langgulung, 1995:53). Dalam konteks Islam, al-qur’an (6:162) dengan tegas menyatakan bahwa apapun tindakan yang dikerjakan oleh manusia haruslah dikaitkan dengan Allah:
“Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku hajiku, seluruh hidup dan matiku, semuanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam”.
Masyarakat Indonesia yang mengenal adanya konsep tarbiyah (pendidikan) serta tammadum (peradaban) adalah suatu kenyataan betapa para ahli agama Islam di Indonesia mempunyai kontribusi yang subtansial dalam masyarakat Indonesia yang madani (Majid, 2000:12). Dengan kata lain gabungan pengetahuan, ketrampilan pola-pola tingkah laku, sikap nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung di dalamnya (Langgulung, 1995:63). Dalam kenyataanya, pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra, 1999:3).
Pada dasarnya maksud dan tujuan pembangunan di bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik mutu dalam arti moral spiritual atau mental, maupun mutu dalam arit intelektual profesional atau kemampuan bekerja dan beramal sesuai dengan konteksnya (Matuhu, 1999:96).
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan atau arah pendidikan dapat diklasifikasikan/dibagi menjadi dua bagian:
a. Tujuan pendidikan secara umum.
Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini dianggap kurang merata dan lebih dekat dari tujuan tertinggi, tetapi kurang khusus jika dibandingkan dengan tujuan khusus. Dapat dikatakan bahwa tujuan tidak tergantung pada situasi pendidikan, atau pada tahap pendidikan tertentu, atau pada jenis pendidikan tertentu, atau pada masa dan umur tertentu. Sedangkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dapat dikaitkan dengan institusi penduduk tertentu, dan masa atau umut tertentu (Langgulung, 1995:60).
b. Tujuan pendidikan secara khusus.
Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang diinginkan yang merupakan bagian yang termasuk dibawah tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain gabungan pengetahuan, ketrampilan pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir dan tujuan umum yang tak akan terlaksana dengan sempurna. (Langgulung, 1995:60).
DR. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani dalam Azyumardi Azra (199:7) menyatakan :
a. Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan yang diinginkan pada tingkah laku, aktifitas dan pencapaiannya, dan pada pertumbuhan yang diinginkan pada tingkah laku, dan pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia atau akhirat.
b. Tujuan-tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan tingkah laku masyarakat pada umumnya, dengan apa ada yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang diingini dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang diingini.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai suatu aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat.
Berdasarkan asumsi, bahwa life is education and education is life, dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan, maka penduduk Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup orang Islam (Jurnal STAIN, 1998:5). Diantara tujuan-tujuan khusus yang mungkin penumbuhan semangat agama dan akhlaq, mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan motivasinya, mengatur emosi dan membimbinganya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka berpegang adab yang sopan pada hubungan dan pergaulan mereka, baik di rumah atau di sekolah atau dimana-mana sekalipun (Langgulung, 1995:65). Bahkan dalam konferensi internasional tentang pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini kea rah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (Azra, 1999:57).
Pendidikan dari dahulu jkala menunjukkan bahwa institusi pendidikan berfungsi sebagai wadah tempat menampung segala kekuatan (forces) masyarakat yang diciptakannya. Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu, supaya mereka menjadi manusia-manusia yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berarti bagi suatu negara. Inilah yang kelihatannya marupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli pendidikan terkemukan sepanjang zaman. Tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan (Aly, 1999:54).
Posting Komentar