Drs. M. ARIF AM, M.A.
STAI Miftahul 'Ula Nglawak KertosonoTeknologi pendidikan adalah suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat teknik modern yang sebenarnya bukan untuk keperluan pendidikan tapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah progamnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu.
Unsur-Unsur Utama Dalam Teknologi Pendidikan
Pendidikan sangantlah penting bagi kehidupan peserta didik dimasa mendatang. Begitu pula dengan pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar haruslah mengetahui seluk-beluk tentang pendidikan. Bukan berarti seorang guru yang telah berkecimpung dalam pengalaman belajar, berarti guru tersebut telah benar- benar menguasai teknik pendidikan, bahkan sebaliknya seorang guru yang belum begitu lama berkecimpung dalam pengalaman mengajar belum begitu mengenal tentang pendidikan. Jadi lamanya mengajar tidak merupakan jaminan tentang kemampuan seorang mengajar. Maka perlulah dicari pegangan yang lebih mantab untuk mengajar yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang dihasilkan dalam berkat percobaan dan penelitian. Maka diselidikilah secara sistematis hal-hal yang berkenaan tentang unsur-unsur pendidikan yakni tujuan, metode penyampaian. Dalam hal penyampaian diperlukan alat-alat bantu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Adapun alat- alat bantu yang mendukung proses berlangsungnya pendidikan dibedakan menjadi 2 macam yaitu alat bantu “ hardware dan alat bantu software”( Nasution, 2005:1).
Unsur software / perangkat lunak
Adapun yang dimaksud alat atau perangkat software atau perangkat lunak adalah semua perangkat pembelajaran dalam pendidikan yang berupa konsep, rencana dan metode serta kurikulum dalam pengajaran. Adapun yang termasuk dalam perangkat lunak adalah sebagai berikut :
Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 pasal 31
• Garis-garis Besar haluan Negara (GBHN) ketetapan MPR No. II tahun 1999
• Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS) No. 30 tahun 2003
• Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 27 tahun 2004
• Garis Besar Pedoman Pengajaran ( GBPP) 2004
• Kurikulum 2006
Dalam kurikulum itu sendiri terdapat unsur- unsur pembentuk antara lain sebagai berikut :
• RPP
• progam Semester
• Program tahunan
• Kalender Pendidikan
Unsur hardware/ perangkat keras
Unsur hardware atau perangkat keras adalah semua jenis yang berupa alat peraga atau alat bantu, yang berguna untuk mempermudah proses belajar mengajar yang disampaikan seorang guru kepada peserta didik agar peserta didik lebih cepat menerima materi yang diberikan oleh seorang pendidik. Adapun yang masuk dalam alat bantu hardware atau alat bantu perangkat keras adalah sebagai berikut:
• Alat audio visual ( seperti TV, VCD, dsb)
• Alat visual (seperti tape recorder dan pita kaset, radio)
• Alat visual (seperti poster hewan-hewan, organ-organ tubuh manusia, peta, proyektor,OHP)
• benda- benda yang lain yang dapat menunjang terjadinya proses belajar .
Jadi dalam melaksanakan pendidikan dibutuhkan perangkat atau alat bantu yang berupa perangkat lunak atau perangkat software, yang berupa konsep-konsep dan berupa langkah-langkah pembelajaran. Selain itu ada juga perangkat keras atau perangkat hardware yang berupa semua alat teknologi ataupun alat peraga yang menunjang terjadinya proses pendidikan.
Tokoh-tokoh dalam Pengembangan Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan berusaha untuk menerapkan dalam kelas hasil-hasil eksperimentasi dalam laboratorium psikologi. Teknologi pendidikan adalah hasil penelitian dan hasil ujicoba serta pemikiran ilmiah tentang pendidikan. Ada sejumlah tokoh yang berusaha mempelajari soal belajar secara sistematis, diantaranya adalah sebagai berikut :
Edward L. Thorndike (1874-1949). Dalam hal ini beliau menghasilkan sejumlah “hukum” belajar, diantaranya low of effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera disertai rasa senang atau rasa puas merupakan pujian atau hadiah, yang disebut reiforcemend. Reiforcemend ini, memperkuat antara Stimulasi dan Response. Jadi pada hukum ini dijelaskan berdasarkan pengalamannya bahwa pendidik mencoba memberi pesan atau memberi materi yang membuat peserta didik menjadi pendidikan adalah menyenangkan baginya bukan malah sebagai hukuman baginya. Dalam hukum ini dijelaskan dengan cara seorang pendidik memberi pujian atau memberi hadiah kepada peserta didik yang bisa menyerap materi apa yang telah disampaikan oleh seorang pendidik .
Sidney L Pressey, menyusun program yang terdiri atas serentetan tugas-tugas yang disebutnya software dan disamping itu suatu alat yakni teaching machine sebagai hardware.
Norman C. crowder mengadakan variasi dalam pelajaran programa untuk memperhatikan perbedaan individual dengan mengembangkan branching program, program bercabang. Di sini langkah-langkah lebih besar dari pada dalam program linier diikuti oleh jawaban berganda. Setelah memilih salah satu jawaban, peserta didik disuruh mengecek jawaban pada halaman yang ditunjuk. Jika jawabannya benar diberi keterangan apa sebab jawaban itu benar, apabila jawaban itu salah juga diberi alasan kenapa jawaban itu salah, dan seorang peserta didik diminta untuk mengulangi soal itu yang sama dengan langkah-langkah yang lebih pendek dan lebih mudah untuk memperoleh jawaban yang tepat.
Ivan Pavlov (1849 – 1936), mengadakan percobaan dengan anjing untuk mempelajari proses belajar secara ilmiah. Proses belajar yang diselidikinya adalah "conditioning". Anjing yang mula-mula mengeluarkan air liur, bila disodorkan makanan, dan akan keluar air liurnya bila misalnya dibunyikan lonceng, yang semula disodorkan bersamaan dengan makanan dan kemudian ditiadakan.
B.F. Skinner, Di antara ilmuan dalam bidang proses belajar yang paling berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pendidikan ialah Skinner, Ia banyak melakukn eksperimen dengan binatang diantaranya yang paling terkenal dengan burung merpati untuk mempelajari cara mengubah kelakuan binatang itu. Ia memberikan stimulus tertentu dan segera memperkuat atau "mereinforce" respon yang diinginkan dengan memberi makanan sampai bentuk kelakuan itu mantap. Kemudian "reinforcement" itu berangsur-angsur dapat dikurangi untuk mempertahankan bentuk kelakuan yang telah dipelajari itu agar jangan lenyap atau di lupakan.
Ada perbedaan antara "conditioning" yang diterapkan oleh Pavlov dan Skinner. Pavlov menggunakan serentak dua stimulus yang berpasangan, misalnya makanan dan bunyi lonceng. Cara ini disebut "Respondent Conditioning". Sedangkan Skinner menggunakan reinforcement segera setelah respon yang berhasil baik. Respon ini biasanya suatu langkah dalam serangkaian bentuk kelakuan yang menuju kearah pola kelakuan yang diinginkan. Inilah dasar Skinner untuk menciptakan apa yang terkenal sebagai "programmed instruction" atau "programmed learning" atau belajar berprogam dalam tahun 1950-an.
Dari semua pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukannya seperangkat cara untuk menghasilkan peserta didik mencapai tujuan pebelajaran. Sehingga dalam proses belajar tidak perlu merasa takut bahkan yang dirasakan seorang peserta didik mendapat pengalaman yang menyenangkan.
Pendidikan merupakan Investment yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan, untuk itu dapat dilakukan melalui jalur pendidikan.
Mutu pendidikan banyak bergantung pada mutu guru dalam membimbing proses belajar mengajar, sejak berabad-abad, orang berusaha untuk mencari jalan meningkatkan mutu metode mengajar dengan mencari prinsip-prinsip atau asas-asas di daktik. Namun demikian mengajar dianggap sebagai sebuah seni yang banyak bergantung kepada bakat dan kepribadian guru.
Dan untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan media teknologi. Sebelumnya di sini kami akan menerangkan definisi dari teknologi pendidikan agama Islam.
Dasar Pemikiran Teknologi Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berpikir merasa, berbuat, jadi mengubah kelakuannya. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang kearah tujuan itu. Sudah selayaknya pendidik maupun anak didik harus tahu apa yang harus dicapai. Atau tegasnya harus diketahui dengan jelas apa yang dapat dilakukan oleh murid sebagai hasil pelajaran yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia mempelajarinya. Adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang keberhasilan pelajaran. Bila tujuan tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses belajar-mengajar itu. Secara empiris dapat dicari melalui percobaan, cara manakah yang paling serasi untuk mencapai hasil yang ditentukan. Dengan pendekatan teknologi pendidikan kita dapat menggunakan metode ilmiah untuk mengujicobakan hipotesis-hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Dalam garis besarnya, langkah-langkah yang diikuti dalam metode teknologi pendidikan adalah :
• Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
• Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang sebagai "hipotesis" yang perlu ditest.
• Menilai hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
• Mencari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standard yang ditentukan dan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tercapai apa yang diharapkan..
BAB II
PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN INSTRUKSIONAL.
Teknologi komunikasi dan informasi telah berkembang dengan sangat pesat sehingga sudah merupakan gejala dunia . teknologi itu sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak dikembangkanya sistem komunikasi satelit domestic.
Gejala ini sebenarnya telah menjadi perhatian sejak awal kemerdeaan, yaitu dengan digunakannya siaran radio untuk mengobarkan semangat perjuangan kemerdekaan. Marshall Mcluhan (1967) seorang pakar dalam bidang sosiokultural (yang terkenal bukunya, Media is the Messange, menyitir ucapan Presiden Soekarno sewaktu berkunjung ke Hollywood, bahwa gambar hidup telah menyebabkan revolusi nasional di Asia.
Dewasa ini pendekatan sistim dipandang merupakan salah satu pendekatan logis dan analitis terhadap berbagai bidang. Suatu sistem pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Dengan mengidentifikasi tujuan, dapatlah dianalisis komponen yang terdapat pada sistem itu, serta bagaimana hubungan dan interaksi yang efektif. Berdasarkan tujuan sistim dapat dirumuskan masukan input. Dengan input itu akan menghasilkan output setelah itu terjadilah suatu evaluasi dan output. Siswa diharapkan mempunyai tingkah laku dan kemampuan setelah proses belajar mengajar ini yang diharapkan dengan adanya tujuan instruksional.
Tuntutan Pendidikan Sumber Daya Manusia
Indonesia, sebagaimana halnya dengan Negara berkembang lainya, menghadapi masalah dan tantangan yang berat. Pada Negara- Negara maju, proses kemajuan itu berlagsung secara bertahap dan dalam waktu yang relatif lama serta serentak diikuti tumbuhnya pranata-pranata yang diperlukan. Sedangkan pada Negara- Negara sedang berkembang proses itu berlangsung secara seketika sebelum tatanannya selesai dipersiapkan atau dibenahi dan sebelum sumber daya manusianya mampu menerima dan menyesuaikan diri.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1987 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan menigkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan mereka untuk mengembangkan diri. Ketentuan ini merupakan landasan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan untuk pengembangan kualitas manusia itu meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga Negara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan dan kekaryaan atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan nonfisik, yang meliputi kualitas pribadi, kualitas dengan pihak lain (Tuhan, alam, lingkungan, masyarakat, dan sesama manusia), dan kualitas kekayaan.
Dengan adanya suatu sistem pendidikan nasional, maka semua kegiatan orientasi, latihan pengembangan, penataran, penyegaran, kursus, bimbingan, penyuluhan, les dan magang, atau apapun namanya, termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, pendidikan ini, kiat dan penyelenggaraanya disesuaikan dengan kondisi dan tujuan khusus.
Jelas bagi kita betapa luas dan beranekanya jenis pendidikan sumber daya manusia, serta masih sangat banyaknya jenis pendidikan itu terutama pada jalur pendidikan luar sekolah yang belum tertangani. Sementara itu kita melihat adanya peluang yang disediakan oleh teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi
Teknologi Komunikasi dan informasi sebagai suatu produk dan proses telah berkembang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi segenap kehidupan kita dalam berbagai bentuk aplikasi. Tofler menggambarkan perkembangan itu sebagai revolusi yang berlangsung dalam tiga gelombang. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknlogi pertaniaan; teknologi ini telah berlangsung ribuan tahun, bahkan hingga kini masyarakat kita masih banyak yang belum menerapkan atau mengambil manfaatnya. Gelombang ke dua ditandai adanya teknologi industri, yang berlangsung hanya dalam masa 300 tahun saja. Gelombang ke tiga merupakan revolusi teknologi elektronik dan informatik, yang berlangsung hanya dalam waktu puluhan tahun saja.
Secara umum perkembangan dalam era informasi menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: (1) meningkatkan daya muat untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasikan, dan menyajikan informasi. (2) kecepatan penyajian informasi yang meningkat. (3) menaturisasi perangkat keras yang disertai dengan ketersediaanya yang melimpah. (4) keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan. (5) biaya perolehan informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang cepat dalam jarak jauh, yang secara relatif semakin turun. (6) kemudahan penggunaan produk teknologi komunikasi dan informasi, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunaknya. (7) kemampuan distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, dari arena itu informasi lebih mudah diperoleh, dengan menembus batas-batas geografis, politis maupun kedaulatan. (8) meningkatnya kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan, hingga memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya prediksi masa depan yang lebih tepat.
Berbagai kecenderungan khusus dalam teknologi informasi yang erat kaitannya dengan penyelesaian masalah pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :
Teknologi Siaran, sejak PELITA I teknologi ini, berupa siaran radio dan televisi, telah diprogramkan untuk mengatasi masalah penyebaran mutu pendidikan.
Satelit Komunikasi.Sejak tahun 1976 Indonesia telah memasuki era informasi modern dangan beroperasinya SKSD PALAPA I. sistem satelit komunikasi ini merupakan kebutuhan yang unik bagi bangsa Indonesia, karena keadaan dan letak geografisnya
Komputer. Perkembangan perangkat keras computer berlangsung sangat pesat. Kecuali daya muatnya yang semakin besar juga kecepatan operasinya yang semakin tinggi.
Komunikasi mempunyai peranan sentral dalam segala kegiatan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat, nasional maupun internasional.
Namun dapat diambil rujukan-rujukan penting sebagai berikut : (1) Proses itu harus rasional dan efisien. (2) harus menyistem, karena dalam pengertian sistem segala sesuatu akan mempunyai dampak dan dipengaruhi oleh hal lain dalam lingkunganya. (3) harus bersistem, yaitu mempertimbangkan segala variable yang mungkin berpengaruh dalam menentukan prosedur tindakan agar proses itu efektif, efisien dan serasi. (4) melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. (5) mengarah pada pemecahan masalah bersama. (6) memadukan berbagai prinsip, konsep dasar dan gagasan. (7) mempertimbangkan kondisi lingkungan (lokal, nasional maupun internasional ) untuk mencapai tujuan.
Potensi Teknologi dan Informasi
Tak dapat disangkal lagi bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang telah berlangsung begitu cepat.
Harry Oshima (1976) seorang pakar ekonomi, berpendapat bahwa teknologi komunikasi , dalam masyarakat yang menganut strategi pembangunan “ Labor intensive “ , akan mempunyai peranan: :
• Menimbulkan revolusi pertanian.
• Mempromosikan industri kecil.
• Pengembangan sosial-politik.
• Mengatasi oposisi.
Alvin Toffler (1980) seorang futuris ternama, berpendapat bahwa industri elektronik dan computer sebagai Tools of tomorrow merupakan tulang punggung industri dalam era gelombang ketiga dan yang akan membawa perubahan besar dalam perekonomian dan sosial politik.
Berdasarkan laporan the Carnagie Comision on higher Education (1972), revolusi keempat itu telah berkembang selama lebih kurang tiga dekade, dan selama itu pula telah mampu menunjukkan karakteristik futuristiknya. Media baru itu telah menawarkan sejumlah alternatif pemecah masalah, tidak hanya yang akseptabel melainkan juga yang spektakuler. Berbagai implikasi perkembangan teknologi itu, khususnya pada jenjang pendidikan tinggi, dilaporkan sebagai berikut :
• Pembelajaran diluar kampus untuk orang dewasa semakin berkembang, dan merupakan segmen yang tumbuh pesat dalam pendidikan lanjutan.
• Mahasiswa dalam perguruan tinggi kecil akan mempunyai akses lebih besar dari berbagai sumber.
• Perpustakaan, bilamana berkembang menjadi pusat sumber belajar dalam berbagai bentuk, akan merupakan ciri dominan dalam kampus.
• Bangunan kampus akan berserak, dengan adanya kampus inti di pusat, dan sejumlah kampus satelit yang menimbulkan keakraban pada masyarakat dengan ukuranya yang kecil.
• Tumbuhnya profesi baru dalam bidang media dan teknologi :
• Tuntutan bagi semua mahasiswa dan tentunya semua warga civitas untuk menguasai teknologi tertentu, sekurangnya computer.
• Calon guru sekolah lanjutan dan calon dosen harus dilatih dalam penggunaan teknologi instruksional.
• Pengalihan dana yang semula untuk membangun gedung dikampus, untuk biaya operasi pengajar diluar kampus.
• Mahasiswa dituntut untuk belajar untuk mandiri.
• Diperlukan tes yang lebih banyak dan lebih baik, untuk menilai kemajuan belajar mahasiswa yang belajar dengan menggunakan teknologi baru.
Tujuan Yang Hendak Dicapai Dalam Pendekatan Sistem
Tujuan pengajaran pada dasarnya merupakan harapan, yakni apa yang diharapkan dan siswa sebagai hasil belajar, Robert F Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pengajaran, yaitu maksud yang di komunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa, jadi tujuan merupakan deskripsi pola-pola perilaku atau performance yang diinginkan dapat didemonstrasikan siswa. (RF Meager, 1962 :3)
Dalam sistem pengajanan tujuan adalah arah dan sasaran yang akan dituju, suatu sasaran harus jelas menggambarkan sesuatu keadaan. Jadi tujuan pengajaran harus memberi gambaran secara jelas tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan dimiliki. Oleh karena itu harus merupakan suatu rumusan yang bersifat sempit dan spesifik. Namun demikian kekhususan ini harus digali atau di kembangkan dan perumusan bentuk perilaku yang bersifat umum.
Penjelasan di atas sudah jelas bahwa pendekatan sistem dalam pengajaran berorientasi pada tujuan. Analisis terhadap semua komponen sistem bertumpu pada tujuan. Namun demikian, pengkhususan tujuan tidak dapat secara persis menggambarkan tujuan umum. Oleh karena itu tujuan khusus hanya merupakan sampel tujuan umum, sehingga harus representatif.
Metode Mengajar Yang Efektif Untuk Mengantarkan Siswa
Mencapai Tujuan
Metode mengajar dapat di tetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan, perkembangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keefektifan proses belajar mengajar. Tentu saja orientsasi kita adalah pada siswa belajar. Jadi metode yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar.
Evaluasi Sebagai Dasar Feed Back
Evaluasi sebenarnya merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses belajar mengajar, yang dilaksanakan. Secara teperinci evaluasi berfungsi untuk:
• Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
• Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat menyebabkan siswa belajar
• Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung dengan baik
• Mengetahui letak hambatan pencapaian tujuan tertentu
Atas dasar ini,faktor yang paling pening dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka, melainkan sebagai dasar feed back (umpan balik). Feed back itu sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu.
Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang berbentuk tingkah laku kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar. Tujuan instruksional ada dua macam : Tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK) Rumusan perilaku TIU masih bersafat umum, sedangkan pada TIK rumusan itu jelas menggambarkan tentang kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar.
Tujuan instruksionsal umum memang sudah menggambarkan bentuk kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar. Bentuk perilaku sebagai tujuan, dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi. Benyamin S Bloom dan kawan-kawan manamakan hal ini dengan ”The Taxonomi of Educational” Tujuan pendidikan/ dan pengajaran dapat diklasifilkasikan kedalam tiga domain (Daerah), yaitu :
Domain kognitif
Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berfikir mengetahui dan pemecahan masalah. Domain ini mempunyai enam tingkatan. Tingkatan tersebut kalau diuraikan akan menjadi sbb:
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan berhubungan dengan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Dengan istilah lain pengetahuan juga disebut recall (pengingatan kembali).
Pemahaman (Comprehension, understanding)
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas.
Penterapan (Aplication)
Adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi baru atau situasi yang kongkrit.
Analisis (Analysis)
Adalah kemapuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu kedalam komponen-komponen, sehingga susunannya dapat dimengerti.
Sintesis (Synthesis)
Kemampuan menunjukkan kepada menghimpun bagian kedalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan tema rencana.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.
Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Domain ini juga mempunyai beberapa klasifikasi:
• Kemauan menerima (Receiving)
• Kemauan menanggapi (Responding)
• Berkeyakinan (Valuing)
• Penerapan karya (Organisation)
• Ketekunan dan ketelitian (Caracterization by a value complex)
Domain Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat manual dan motori, domain ini mencakup tingkatan sebagai berikut:
• Persepsi
• Persiapan melakukan kegiatan
• Respon terbimbing
• Kemahiran
• Adaptasi
• Originasi
Metode mengajar sangat banyak dan bervariasi. Pendekatan dalam penggunaannya dapat dikategorikan kedalam:
• Pendekatan kelompok
• Pendekatan individual
Metode mengajar dengan pendekatan kelompok pada umumnya ditujukan untuk membimbing kelompok untuk belajar. Sedangkan pendekatan individual memunginkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Namun demikian, pendekatan kelompokpun harus memperhatikan adanya perbedaan individual pada siswa. hal ini tercermin dalam penetapan penggunaan metode secara bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan bahan yang dipelajari.
Alat Pelajaran
Penggunaan alat yang tepat, dapat membantu memperlancar proses pencapaian tujuan. Sebagaimana halnya metode alat pelajaran juga disesuaikan dengan tujuan dan bahan. Namun demikian, oleh sebab kadar kekomplekan alat pelajaran itu berbeda-beda, maka penggunaanyapun harus disesuaikan pula dengan tingkat kemampuan intelektual.
Alokasi Waktu
Waktu merupakan hambatan suatu kegiatan. Ini berlaku pada suatu kegiatan tidak direncanakan alokasi waktunya, alokasi waktu harus disesuaikan dengan banyak dan lama kegiatan, Dalam pengajaran, alokasi waktu berpedoman pada tujuan berapa banyak tujuan yang harus dicapai, dan berapa lama masing-masing membutuhkan waktu pencapaian. Sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Waktu bukan merupakan komponen sistem tapi waktu merupakan faktor penting dalam pengembangan sistem itu sendiri.
Tujuan pengajaran pada dasarnya merupakan perkembangan teknologi komunikasi dan infomasi tidak mungkin di bendung dengan regulasi. Teknologi itu juga bukan obat mujarab untuk memecahkan masalah pendidikan. Teknologi itu bahkan akan menimbulkan masalah bila tidak mendapat pehatian yang sungguh-sungguh dan penanganan yang profesional. Untuk itu perlu terus ditingkatkan peran dan fungsi yang melaksanakan, mengkoordinasikan dan membina kegiatan-kegiatan dibidang teknologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan ini.
Dalam satuan pendidikan sekolah hendaknya penggunaan teknologi ini dimulai dengan pangkal strategis, yaitu guru. Para guru harus diyakinkan terlebih dahulu akan kegunaan teknologi itu dan bahwa teknologi tidak akan menggantikan kedudukan sebagai guru, melainkan membantu untuk penting tidak menyimpan dan menyajikan konsep, prinsip dan prosedur yang ingin disajikannya. Untuk itu para guru ditingkatkan rasa percaya dirinya, serta dilibatkan dan ikut berpartisipasi dalam pengembanganya. harapan, yakni apa yang diharapkan dan siswa sebagai hasil belajar, Robert F Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pengajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Sedangkan Tujuan instruksional adalah tujuan yang berbentuk tingkah laku kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar.
BAB III
LANDASAN FILOSOFIS, SOSOLOGIS, PSIKOLOGIS TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Mengingat begitu pentingnya pendidikan untuk menunjang kehidupan yang maju dalam berbagai aspek. Maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan dan teknologi pendidikan yang berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan dan mencari cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat manusia untuk memperbaiki diri. Maka dari itu perlu adanya pengetahuan tentang landasan teknologi pendidikan mulai dari pengertian dan macam-macamnya.
Pengertian Landasan Teknologi Pendidikan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “landasan” adalah asas dan dasar. Dan istilah “teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Technologia” yang menurut Webster Dictionary berarti “systematic treatment” atau penanganan sesuatu secara sistematis, dimana teknologi adalah serangkaian kegiatan seperti manusia, sistem, cara, ide, alat yang mana kegiatan tersebut memiliki tujuan yaitu efektif, efisien dengan koridor-koridor pendidikan agama Islam.
Teknologi pendidikan adalah sebuah proses yang terintegrasi, yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan serta cara-cara pemecahannya, mencobakan model-model pemecahan, mengadakan penilaian dan mengelolanya (Nona Sujana, dkk. 2003 : 43). Jadi dalam pemecahan masalah-masalah pendidikan semua sumber belajar. Sumber-sumber tersebut juga harus dapat dinyatakan sebagi pesan orang material, peralatan, metode serta lingkungan atau situasi. Dalam bukunya teknologi pengajaran, Nana Sujana, dkk (2005 : 41). menjelaskan pengertian teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi serta pengelolaan cara pemecahan masalah-masalah pendidikan yang terdapat di dalam situasi-situasi belajar yang bertujuan dan disengaja.
Jadi landasan teknologi pendidikan adalah asas dalam pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia.
Macam-macam Landasan Teknologi Pendidikan
Landasan Filosofis
Adalah landasan yang bersumber dalam filsafat pendidikan yang menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Dan landasan ini juga melihat teknologi dari kebenaran logika/akal. Landasan filosofis dibagi menjadi 3 yaitu :
Ontologi (apa) merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut. Ada 3 ruang lingkup wujud objek penelaahan (ontology) teknologi pendidikan yaitu :
• adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, prosedur media dll), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televisi, radio dll), alat (jaringan televisi, radio, dll) cara-cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung.
• Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun faktual.
• Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Epistimologi (bagaimana) yaitu merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Ada 3 isi dari landasan epistimologi teknologi pendidikan yaitu :
• Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling kaitannya dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah.
• Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistematik yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai suatu kesatuan, dan ditujukan untuk memecahkan masalah.
• Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.
Aksiologi (untuk apa) yaitu merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Landasan pembenaran atau landasan aksiologis teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, antara lain:
Penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan.
Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai dengan tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan.
Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan.
Landasan Sosiologis
Landasan ini memberikan dasar untuk menentukan hal-hal yang akan peserta didik sesuai dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan dan perkembangan teknologi. Dan dalam persaingannya dengan negara-negara lain bukan tidak mungkin antara satu negara dengan negara lain terjadi perselisihan yang kemudian berakibat terjadinya peperangan. Dengan adanya peperangan timbulah kebutuhan militer yang menyebabkan diterapkannya teknologi dan pendidikan sekitar tahun 1940 hal ini bermula pada saat angkatan perang perlu melatih para prajuritnya untuk melakukan tugas-tugas tertentu, fungsinya untuk mempermudah jarak jauh.
Landasan Psikologis
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psikofisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Deterline teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran. Dimana penelitian psikologi dapat dipakai sebgai dasar untuk mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran. Menurut Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama kearah teknologi pembelajaran. 3 dalil utama yang digunakan oleh Thorndik pada waktu itu adalah :
Dalil latihan dan ulangan makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
Dalil akibat menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang.
Dalil kesiapan : karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit perilaku yang lain.
BAB IV
MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PENGAJARAN
DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dalam rangka mempersiapkan alternatif-alternatif pemecahan maslah guna memenuhi kebutuhan pendidikan yang pada saat ini bangsa kita masih tertinggal dengan bangsa lain. Maka hendaknya kita berusaha meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai sistem dan model dalam pengajaran, supaya pendidikan di Indonesia bisa lebih maju dan bisa mengenai sasaran.
Oleh karena itu dalam buku ini kami akan membahas masalah model pengembangan sistem pengajaran dalam teknologi pendidikan, dengan harapan bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa umumnya dan pada diri kami pribadi khususnya mengajar, sehingga akan terjadi perubahan perilaku maka diperlukan model-model pengembangan dalam sistem pengajaran. Dimana model-model pengembangan ini dalam kajian teknologi pendidikan lebih dikenal dengan model – model pengembangan intruksional. Pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman pengamatan yang seksama dan percobaan terkendali.
Pengertian System Pengajaran Dalam Teknologi Pendidikan.
Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan sistem atau cara. Sesuai SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 08/u/1975 pun menggunakan pendekatan sistem yang dikenal dengan nama PPSI (prosedur pengembangan sistem intruksional), maka sistem pengajaran adalah cara dari keseluruhan dari bagian pengajaran yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan (Harjono, 2003: 44).
Model ialah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses melaksanakan pengembangan sistem pengajaran. Seperti penentuan suatu kebutuhan. ( Briggs,1978: 23 ).
Pengembangan sistem pengajaran ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku. Pengembang sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa.
Model Pengembangan Sistem Pengajaran Dalam Teknologi Pendidikan.
Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali. Ada dua proses pengembangan yang pertama ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar–dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman. Pendekatan kedua ialah pendekatan model.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan dibagi dalam dua bentuk yaitu:
perangkat lunak (Soft ware)
perangkat keras (hard ware)
Model PPSI (prosedur pengembangan sistem intruksional). PPSI merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan kedalam sistem pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri dari sejumlah komponen yng saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan tersebut adalah:
Merumuskan tujuan Intruksional khusus (TIK) yaitu, rumusan yang jelas tentang kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti suatu program pengajaran.
Mengembangkan alat evaluasi, fungsinya untuk menilai sampai dimana peserta didik telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional
Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran antara lain:
- Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan
- Menentukan kegiatan belajar yang tidak perlu di tempuh.
- Menetapkan kegiatn belajar yang akan ditempuh
- Menetapkan materi pelajaran
Merencanakan program kegiatan belajar mengajar
- Menetapkan stragtegi kegiatan belajar mengajar
- Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan digunakan
- Menyusun jadwal penyajian.
Melaksanakan program belajar mengajar dengan melalaui 4 fase:
- Menyelenggarakan Pretes atau Prates
- Menyajikan materi
- Menyelenggarakan Pro-Tes / Pasca Tes
- Melakukan Revisi (perbaikan)
Model Jerold E Kemp. Model ini merupakan sistem pengajaran yang sederhana yang mana dibagi menjadi 8 langkah, yaitu:
menentukan tujuan instruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing pokok bahasan
menganalisis karakteristik peserta didik
menentukan tujuan instructional khusus (TIK)
menentukan materi pelajaran sesuai dengan TIK yang telah dirumuskan
menetapkan pengajaran awal
menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan TIK yaitu: Efesiensi, Efektifitas, Ekonomis dan Praktis
mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan.
Model pengembangan intruksional menurut Kemp (1977) atau yang disebut desain intruksional, terdiri dari delapan langkah. Langkah – langkahnya :
• Penentuan tujuan intruksioanal Umum
Yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing – masing pokok bahasan.
• membuat analisis tentang karakteristik siswa.
Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program dan langkah – langkah apa yang perlu diambil.
• Menentukan tujuan intruksional khusus
Dari segi pengajar rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kamampuan / keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai.
• Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan TIK yang ditetapkan mengadakan pengajaran awal.
Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan. Dengan demikian pengajar dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, dan siswa tidak menjadi bosan.
• menentukan strategi belajar relevan efisien, keefektifan, ekonomis, dan kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif.
• Mengkoordinasikan sarana penunjang yang dibutuhkan, biaya, fasilitas, peralatan waktu dan tenaga.
• Mengadakan evaluasi
Evaluasi sangat perlu untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program intruksional, instrument evaluasi, dan metode.
( Harjanto, 2003.: 125 )
Model pengembangan Briggs. Model ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang kegiatan intruksional maupun tim pengembangan yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang, studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancangan instruksional. Adapun langka-langkahnya dirumuskan dalam 3 pertanyaan yaitu:
Mau kemana? meliputi:
- Identifikasi masalah / tujuan
- Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
- Penyusunan materi / silabus
- Analisis tujuan
Dengan apa? meliputi:
- Analisis tujuan
- Jenjang belajar dan strategi instruksional
- Rancangan instruksional (guru)
- Strategi instruksional (tim pengembangan instruksional)
Bilamana sampai tujuan? Meliputi :
- Penyusunan tes
- Evaluasi formatif
- Evaluasi sumatif
Model Gerlach dan Ely (1971). Tujuannya sebagai pedoman perencanaan mengajar dengan menggunakan 10 langkah yang terdapat dalam proses belajar mengajar
Merumuskan tujuan
Menentukan isi materi
Menentukan kemampuan awal peserta didik
Menentukan teknik dan strategi
Pengelompokan belajar
Menentukan pembagian waktu
Menentukan ruang
Memilih media instruksional yang sesuai
Mengevaluasi hasil belajar
Menganalisis umpan balik untuk penyempurnaan / perbaikan tujuan pengajaran yang mencakup keseluruhan (feed back)
Model Bela H. Banathy (1972). Menurut Banathy, model ini ditujukan bagi para pengembang sistem instruksional yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
Merumuskan tujuan khusus (TIK), yang menyatakan mengenai kemampuan yang diharapkan dari siswa
Mengembangkan test
Menganalisis kegiatan belajar
Mendesain sistem instruksional
Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Mengadakan perbaikan
Model IDI (Instructional Development Institute). Model ini dikembangkan oleh University Consostium For Instructional Development and Technology (UCIDT), model ini sama dengan model-model yang lainnya, yaitu menetapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem yaitu:
Penentuan (define)
Pengembangan (development)
Evaluasi (evaluate)
Dan ketiganya dihubungkan dengan umpan balik untuk mengadakan revisi. Adapun langkah-langkahnya adalah pembagian dari tahapan diatas, yaitu:
Penentuan (define) meliputi :
- Identifikasi masalah yaitu: tentang kebutuhan individu (anak didik dan keluarganya) dan kebutuhan masyarakat
- Analisis latar yaitu karakteristik kondisi dan sumber-sumber yang relevan
- Pengelolaan yaitu tentang tugas, tanggung jawab dan jadwal
Pengembangan (development) meliputi:
- Identifikasi obyektif (TIK)
- Menentukan metode
- Membuat prototipe
Evaluasi (evaluate) maliputi:
- Testing prototype
- Analisis hasil (tujuan, metode dan teknik evaluasi)
- Implementasi (review, revisi) (Harjanto, 2003: 74-86)
Model Dick And Carry. Model Desain Dick And Carry (1985) mengacu pada pendekatan sistem/approach memandang bahwa pembelajaran adalah suatu proses sistematik yang tiap komponennya penting sekali bagi keberhasilan peserta didik. Model Dick And Carey menggunakan delapan langkah secara berurutan.
Mengidentifikasi Tujuan Umum.
Melakukan Analisis Pembelajaran/Analisis Instruksional.
Merumuskan Tujuan Performasi.
Pengembangan Butir Test Acuan, Patokan.
Mengembangkan Strategi Pembelajaran.
Menyeleksi dan Mengembangkan Bahan Pembelajaran
Merevisi bahan Pembelajaran
Mendesain dan melaksanakan Evaluasi Sumatif
Model Degeng. Pada tahun 1989 dikembangkan dengan berpijak pada variabel-variabel yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: Kondisi Pembelajaran, Metode Pembelajaran Dan Hasil Pembelajaran. Model Degeng menggunakan 8 langkah, yaitu:
Analisis Tujuan.
Karakteristik Bidang Studi.
Analisis Karakteristik Pelajar.
Menetapkan Tujuan Belajar dan Isi Pembelajaran.
Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran.
Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran.
Mengadakan Pengembangan Prosedur, Pengukuran hasil Pembelajaran
Model-model tersebut memiliki banyak persamaan dan perbedaan, persamaannya adalah bahwa setiap model itu mengandung berbagai kegiatan yang dapat digolongkan kedalam kategori pokok yang sama, yaitu:
kegiatan dalam menganalisis dan mengembangakan pemecahan masalah
kegiatan dalam merumuskan masalah dan mengorganisir alat untuk memcahkan masalah.
Kegitan dalam melayani evaluasi pemecahan masalah.
Model Bella Benathi (!968). Model Bella Benathi ini mempunyai enam langkah yaitu :
Merumuskan Tujuan
Langkah pertama ini merupakan suatu pernyataan yang menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa untuk dikerjakan, diketahui, dan dirasakan sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Mengembangkan Test
Dalam langkah ini dikembangkan suatu test yang didasarkan atas tujuan yang diinginkan, dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
Menganalisis Kegiatan belajar
Dalam langkah ini dirumuskan apa yang harus dipelajari sehingga menunjukkan tingkah laku seperti yang digambarkan dalam tujuan yang telah dirumuskan.
Mendesain Sistem Intruksional
Setelah itu dipertimbangkan alternatif – alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa mahasiswa akan menguasai kegiatan – kegiatan ya
Posting Komentar